Jakarta -
Seorang pengusaha kopi, Susi Kresna menceritakan kisah awal kebangkitannya dalam membangun kembali usahanya 'Kopi Nawa 9' bersama suaminya, Kresna. Kebangkitan tersebut muncul usai dirinya membaca sebuah tulisan pada sebuah program pelatihan.
Tulisan yang dibaca Susi Kresna pada ajang Sampoerna Entrepreneurship Training Centre (SETC) Expo itu adalah 'Kita Mau, Kita Bisa'. Tulisan itu menjadi pendorong semangatnya kala bingung, tak tahu harus melakukan apa setelah suaminya berpulang.
Susi dan suaminya menjalankan usaha Kopi Nawa 9 sejak 2006. Kresna memilih untuk merintis usaha kopi karena menurutnya kopi adalah minuman yang dikonsumsi sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan yang dilalui Susi dan suaminya membangun Kopi Nawa 9 juga tak mudah dan tidak instan. Awalnya, kata Susi, usaha itu dibangun dengan modal lima kilogram kopi. Pada 2019, produksi Kopi Nawa 9 sudah naik 100 kali lipat, yaitu 500 kilogram per bulan.
Kepergian sang suami menjadi pukulan berat bagi Susi. Ia sadar tak menguasai banyak hal teknis seputar perkopian. Meski demikian, Susi bertekad tetap melanjutkan usaha yang sudah dirintis selama belasan tahun ini.
"Awalnya saya merasa sangat kebingungan, karena belum tahu cara roasting, grading, pemasaran, komunikasi dengan petani seperti yang biasa suami saya lakukan. Lalu, saat itu saya duduk dan tak sengaja membaca tulisan Kita Mau, Kita Bisa di dinding yang saya peroleh dari SETC Expo. Dari situ, timbullah keinginan saya untuk mau belajar lagi," kata Susi dalam keterangan tertulis.
Sejak itu, Susi punya keinginan kuat untuk bangkit dan mewujudkan cita-cita sang suami. Menurut dia, mendiang suaminya punya keinginan mengangkat potensi daerah bersama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di lingkungan sekitarnya.
Sadar tak bisa merealisasikannya seorang diri, Susi kemudian membentuk suatu wadah yang berisi anggota dengan visi yang sama.
Jadi Inisiator Koperasi UMKM Fokus Mandiri >>>
Langkah pertama yang dilakukan Susi adalah menjadi inisiator Koperasi UMKM. Pada 2018, ia membentuk Koperasi Fokus Mandiri. Di koperasi ini, ada 50 anggota UMKM dari berbagai kategori usaha seperti makanan, minuman, dan kerajinan tangan. Melalui Koperasi Fokus Mandiri, para anggotanya saling bertukar informasi dan bersilaturahim.
Sejumlah program dijalankan Koperasi Fokus Mandiri, di antaranya menggelar pelatihan dan pemasaran. Pelatihan ini tak hanya diikuti oleh anggota koperasi, tetapi juga masyarakat umum.
Melalui pelatihan ini, ia berharap para penggerak UMKM bisa menebar inspirasi dan memiliki kepercayaan diri untuk berbagi ilmu dan menjadi pembicara di forum publik.
"Ada beberapa UMKM yang kurang percaya diri untuk tampil di depan umum. Padahal, hanya diminta bicara mengenai usahanya sendiri. Kalau tidak pede, bagaimana konsumen bisa yakin dengan produk kita," ujar Susi.
Koperasi Fokus Mandiri juga menyediakan fasilitas pemasaran produk-produk UMKM melalui Kedai Kapiten. Kedai Kapiten berlokasi di Kecamatan Sukorejo, Pasuruan, Jawa Timur. Di sini, UMKM bisa memasarkan produknya, dan lain-lain.
Tak hanya aktif di Koperasi Fokus Mandiri, Susi juga aktif di Koperasi Arabika Robusta Maslahat Pasuruan (KAMPAS). Bedanya, koperasi ini adalah koperasi kopi yang anggotanya para pihak yang terlibat dalam pengolahan kopi dari hulu hingga hilir seperti petani kopi, pengolah kopi, hingga pemilik toko kopi.
Susi mengungkapkan, selama ini, harga kopi di level petani tidak stabil. Ketika panen, kopi dibeli dengan harga murah.
"Atau sebelum panen kopi telah dibeli. Kondisi ini sangat merugikan petani kopi. Sehingga harga kopi di Pasuruan juga perlu ada standar," ujar Susi.
Melalui aktivitasnya di koperasi, Susi juga aktif berbagi ilmu kepada para petani kopi. Salah satu wawasan yang dibagikannya adalah pengetahuan tentang cara memilah kopi jenis robusta dan arabika. Sebelumnya, para petani hanya menanam kopi dan tidak tahu bagaimana memilah maupun cara pengolahannya.
Semua jenis kopi mereka dicampur dan dijual tanpa dipilah terlebih dahulu. Dengan memberikan pengetahuan soal cara memilah kopi, kini petani dapat meningkatkan harga jual hasil panen kopinya. Susi pun merasa senang karena bisa mengubah sudut pandang petani.
Tentang Sampoerna Entrepreneurship Training Centre >>>
Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) merupakan pusat pelatihan kewirausahaan terpadu yang meliputi hard skill maupun soft skill di bidang budidaya pertanian, peternakan, dan keterampilan lainnya. Selain pelatihan, SETC juga memfasilitasi riset terapan, pendampingan dan jejaring pasar, konsultasi usaha, serta jejaring UMKM.
Pembinaan UMKM ialah bagian dari payung program Sampoerna Untuk Indonesia yang merupakan wujud tanggung jawab sosial PT HM Sampoerna Tbk.
Pada Maret 2022, SETC telah memasuki usianya yang ke-15 tahun. Melalui SETC, Sampoerna mendukung upaya pemerintah mengakselerasi pertumbuhan ekonomi terhadap pemberdayaan dan pembangunan kapabilitas Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia.
SETC yang diresmikan pada Maret 2007 tersebut dilengkapi fasilitas untuk mendukung pengembangan kewirausahaan antara lain ruang pelatihan dan pertemuan, laboratorium kultur jaringan, area untuk ternak, perikanan dan penelitian, serta penginapan.
Dalam perjalanannya selama 15 tahun, SETC telah menjangkau pelaku UMKM di lebih dari 100 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Hingga Desember 2021, SETC telah melatih lebih dari 56.000 peserta, serta mengajak partisipasi dari lebih dari 850 pelaku UMKM pada SETC Expo (2009 - 2018), sebuah ajang pameran dan jejaring UMKM tahunan. Perhelatan ini dikunjungi lebih dari 47.000 orang baik dari dalam dan luar negeri.