Aduh! Perang Rusia-Ukraina Bikin Harga Komoditas Naik-Asing Ghosting RI

Aduh! Perang Rusia-Ukraina Bikin Harga Komoditas Naik-Asing Ghosting RI

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 21 Mar 2022 15:55 WIB
Sejumlah negara Barat mengenakan sanksi ekonomi kepada Rusia. Akibatnya, mata uang rubel langsung turun hingga 30 persen. Warga ramai-ramain menarik uang sebelum makin tumbang,
Foto: AP/Alexander Zemlianichenko Jr
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) menilai kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina dapat mempengaruhi pemulihan ekonomi global. Setidaknya ada tiga dampak yang dirasakan Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan dampak pertama adalah kenaikan harga-harga komoditas global yang berpengaruh ke peningkatan harga di dalam negeri. Hal ini dikhawatirkan akan meningkatkan inflasi.

"Kenaikan harga-harga komoditas global tidak hanya energi, tapi juga pangan yang berdampak kepada kenaikan inflasi dari berbagai negara. (Kenaikan) harga komoditas global kemungkinan juga berdampak terhadap harga-harga di dalam negeri," katanya dalam 'Kuliah Umum: Mendorong Akselerasi Pemulihan Ekonomi & Menjaga Stabilitas di Tengah Normalisasi Kebijakan Negara Maju & Ketegangan Geopolitik' secara virtual, Senin (21/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perry mengakui bahwa kenaikan harga komoditas itu akan berdampak positif terhadap kinerja ekspor Indonesia. Tetapi bagi masyarakat, tentu kondisi ini akan semakin memberatkan.

Dampak kedua yakni adanya gangguan mata rantai perdagangan global yang berpengaruh terhadap distribusi pasokan dan volume perdagangan global. Hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi global yang kemungkinan lebih rendah dari perkiraan.

ADVERTISEMENT

"Tentu saja berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi global yang kemungkinan berisiko lebih rendah dari yang diperkirakan 4,4% karena menurunnya volume perdagangan global," tutur Perry.

Dampak ketiga dari sisi keuangan, banyak aliran modal asing keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Saat ini investor asing lebih memilih mengalihkan dananya ke aset aman di tengah gejolak geopolitik global.

"Sekarang banyak investor global kembali memegang aset-aset yang tentu saja berisiko rendah termasuk cash dan mereka menarik aliran modalnya ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Ini bisa berdampak terhadap stabilitas eksternal dan nilai tukar," imbuhnya.

Perang Rusia-Ukraina itu membuat banyak negara harus mengkalibrasi ulang kebijakannya untuk merespons penurunan pertumbuhan ekonomi global, naiknya inflasi dan persepsi risiko dalam pasar keuangan Global termasuk Indonesia.

(aid/dna)