PT Sarinah (Persero) memproyeksikan 2022 masih jadi tahun kerugian. Hal itu dikarenakan efek pandemi COVID-19 dan renovasi gedung yang membuatnya sempat tutup.
"Pandemi menimpa semua jenis usaha tidak terkecuali Sarinah, plus toko Sarinah Thamrin yang menjadi backbone-nya juga tutup untuk renovasi. Jadi performance di 2 tahun itu (2020-2021) tentu menurun drastis, 2022 karena memang masih masa pemulihan, belum positif," kata Direktur Utama Sarinah Fetty Kwartati dalam podcast Tolak Miskin di Gedung Sarinah Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (23/3/2022).
Kini Gedung Sarinah sudah beroperasi lagi sejak 21 Maret 2022 setelah dipugar dengan menghabiskan biaya Rp 700 miliar. Momentum ini diharapkan menjadi wajib kunjung destinasi para masyarakat hingga ditargetkan bisa kembali untung pada 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di 2023 dan onward kita sudah cadangkan untuk positif," targetnya.
Target itu diyakini bisa tercapai karena Sarinah direncanakan akan mengelola ritel-ritel di bawah BUMN yang bergerak di bidang UMKM dan brand lokal. Dengan demikian secara fundamental bisa jauh lebih baik.
"Dari sisi bisnis pun akan tumbuh signifikan karena selain di-enrich tugasnya, juga di-enlarged dengan tambahan-tambahan lokasi tadi," tutur Fetty.
Dalam laporan keuangannya, Sarinah tercatat masih meraup laba setelah pajak sebesar Rp 20 miliar di tahun 2018. Lalu di 2019, perusahaan mengalami kerugian Rp 5,2 miliar. Di 2020, Fetty pernah memperkirakan kerugian tahun itu melonjak mencapai Rp 29,92 miliar.
(aid/eds)