Pemerintah telah menarik utang sebanyak Rp 92,9 triliun hingga Februari 2022. Utang tersebut lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 273,8 triliun.
Utang sebesar Rp 92,9 triliun ini terdiri dari SBN neto sebesar Rp 67,7 triliun dan pinjaman neto sebesar Rp 25,2 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pembiayaan utang mengalami penurunan yang sangat tajam yakni mencapai 66,1%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jumlah pembiayaan utang kita merosot sangat tajam. Artinya realisasi pembiayaan penerbitan utang kita turun hingga 66%," katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (28/3/2022).
Khusus penerbitan SBN, kata dia, turun dari posisi Februari 2020 sebesar Rp 271,4 triliun menjadi Rp 67,7 triliun.
"Hampir Rp 210 triliun, lebih dari Rp 200 triliun dropnya penurunan dari penerbitan surat berharga negara kita," ujarnya.
Sri Mulyani menjelaskan, ancaman perekonomian global kini bergeser ke sektor keuangan. Ancaman tersebut berupa kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat hingga inflasi.
"Suku bunga akan naik dan ini akan mempengaruhi yield. Tentu surat berharga negara harus kita jaga, dan dengan penerbitan yang menurun kita bisa menghindari sebagian dari risiko. Tentu kita harus menjaga sepanjang tahun, karena tekanan global ini tentu akan juga berkonsekuensi ke APBN kita," terangnya.
(acd/zlf)