Shanghai Lockdown, RI Wajib Bentengi Ekonomi!

Shanghai Lockdown, RI Wajib Bentengi Ekonomi!

Aldiansyah Nurrahman - detikFinance
Rabu, 30 Mar 2022 18:00 WIB
Police officers in protective suits keep watch at an entrance to a tunnel leading to the Pudong area across the Huangpu river, after traffic restrictions amid the lockdown to contain the spread of the coronavirus disease (COVID-19) in Shanghai, China March 28, 2022. REUTERS/Aly Song
Foto: REUTERS/Aly Song
Jakarta -

China memberlakukan penguncian atau lockdown untuk kota Shanghai guna melakukan tes massal COVID-19. Kondisi ini sekaligus menjadi tanda bahaya untuk ekonomi dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Lockdown dilakukan mulai Senin (28/3/2022) waktu setempat di bagian timur Shanghai. Masyarakat dilarang keluar selama empat hari saat tes massal dimulai. Setelah itu, lockdown akan dilakukan ke bagian lain Shanghai mulai Jumat (1/4/2022).

Menanggapi hal itu, Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan dampak lockdown ini bisa mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi kalau kita lihat dampak lockdown ini bisa juga membuat ekonomi Indonesia sulit tumbuh di atas 5% di 2022," katanya, kepada detikcom, Rabu (30/3/2022).

Artinya itu bisa mengancam proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2022 yang ditargetkan pemerintah di angka 4,8% hingga 5,5%.

ADVERTISEMENT

Lockdown-nya Shanghai, menurutnya, bisa memberikan dampak yang diterima Indonesia lebih besar dari dampak perang Ukraina-Rusia. Mengingat Indonesia menjalin relasi bisnis yang besar dengan China. Maka isu adanya lockdown di kawasan China berpengaruh.

"Ketergantungan investasi maupun ekspor dari China itu cukup besar dan porsinya terus mengalami kenaikan dalam 5 tahun terakhir. Jadi, kalau ada gangguan sedikit saja, ada gangguan permintaan di China, gangguan pada internal domestik ekonomi China, itu akan mempengaruhi realisasi investasi China di Indonesia," papar Bhima.

Bhima menambahkan, dampak dari lockdown Shanghai menyebabkan turunnya harga batubara, nikel dan aluminium. "Langsung dirasakan sekali karena beberapa komoditas yang diekspor Indonesia ke China itu terganggu permintaannya bahkan tidak sedikit yang terjadi pembatalan kontrak," tambahnya.

Lebih lanjut, Bhima menyarankan Indonesia perlu mengantisipasi lockdown itu, terlebih tidak menutup kemungkinan lockdown akan meluas.

"Antisipasi lockdown tidak hanya di Shanghai tapi juga kota lainnya, khususnya kota di kawasan industri," katanya.

Ia meminta Indonesia mulai mengalihkan ekspor, baik komoditas maupun industri olahan ke negara-negara yang pemulihan ekonominya relatif kuat dan mungkin sudah lebih tenang terhadap pandemi COVID-19.

Selain itu, Bhima berpesan harus ada koordinasi terus dengan pelaku usaha, baik eksportir maupun importir yang ada di Indonesia terkait perkembangan situasi di China yang mungkin berpengaruh terhadap omzet, kontrak-kontrak baru atau perdagangan baru.

"Berikutnya juga kita harus antisipasi efeknya terhadap pemulihan ekonomi domestik. Jadi pemerintah misalnya bisa menunda tarif PPN 11%. Kemudian gunakan subsidi energi lebih besar lagi untuk jaga stabilitas harga di dalam negeri," paparnya.

Sementara itu, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad mengatakan Shanghai lockdown tidak terlalu berpengaruh besar kepada Indonesia. Tapi berbeda jika banyak kota di China yang lockdown.

"Saya kira masih belum berdampak signifikan ke kita kecuali nanti kalau ternyata meluas," ujarnya.

Meski begitu gangguan pasti ada mengingat Shanghai adalah kota besar dan merupakan kawasan pelabuhan. Hal ini akan mengganggu pelayaran.

Tauhid menambahkan jika lockdown nantinya meluas, ini bisa jadi ancaman yang lebih besar dari Ukraina-Rusia, karena China mempunyai posisi penting bagi perekonomian Indonesia. "Tujuan ekspor-impor kita ke China mayoritas," jelasnya.

Untuk mengantisipasi dampaknya ke Indonesia, Tauhid menyarankan jalur perdagangan yang melalui Shanghai dialihkan.

"Kalau bisa untuk jalur perdagangan pakai daerah lain. Cari alternatif kan banyak pelabuhan lainnya tidak hanya di Shanghai," katanya.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy menambahkan, besar atau kecilnya dampak lockdown Shanghai itu sangat tergantung dari lamanya waktu lockdown.

"Dampak lockdown saya kira akan tergantung, dari berapa lama lockdown dilakukan dan varian yang menjadi penyebab dari gelombang baru di Shanghai," ujarnya.

Jika skenario buruk terjadi, lockdown dilakukan dengan waktu yang lebih lama dan varian yang muncul dari gelombang baru ini ternyata lebih buruk, menurutnya, maka tentu ada peluang proyeksi pertumbuhan ekonomi China akan lebih rendah seperti yang diproyeksikan,.

"Jika ini sudah terjadi dampak langsung ke Indonesia akan terasa di kinerja ekspor, karena seperti yang kita tahu bahwa China merupakan salah satu partner dagang utama Indonesia," katanya.




(das/das)

Hide Ads