Miris Banget! Begini Kondisi Sri Lanka yang Dilanda Krisis

Miris Banget! Begini Kondisi Sri Lanka yang Dilanda Krisis

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 08 Apr 2022 10:33 WIB
Warga Sri Lanka gelar aksi unjuk rasa imbas krisis ekonomi yang memicu kelangkaan BBM dan pemadaman listrik berkepanjangan. Demo diwarnai aksi bakar bus.
Demo Krisis Ekonomi di Sri Lanka Diwarnai Aksi Bakar Bus/Foto: REUTERS/DINUKA LIYANAWATTE
Jakarta -

Kondisi Sri Lanka tengah terpuruk. Negara ini dilanda krisis ekonomi hingga energi.

Ranjith Koralage yang merupakan bos produsen pakaian Sri Lanka harus berjuang tiap hari untuk menemukan solar guna menjalankan mesin dan rol uap.

Kepala Kolona Manufacturing yang berbasis di provinsi tengah Sri Lanka ini telah berjalan dari stasiun ke stasiun untuk 400 liter bahan bakar untuk generator. Bahan bakar itu hanya cukup untuk satu hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan pemadaman listrik yang lama, gangguan telah menjadi hal biasa di pabrik-pabrik di seluruh Sri Lanka. Untungnya, generator menghidupkan kembali listrik di beberapa pabrik walaupun sifatnya sementara karena bahan bakar terbatas.

"Hari ini kami selamat entah bagaimana, tapi saya tidak tahu tentang besok," kata Koralage dikutip dari BBC, Jumat (8/4/2022).

ADVERTISEMENT

Unit ekspor perusahaan tersebut membuat pakaian rajutan untuk Victoria's Secret, Puma, dan Levi's, dan merupakan salah satu dari lusinan pabrik pakaian yang tengah berjuang untuk memenuhi target produksi.

Garmen merupakan penghasil devisa terbesar kedua bagi perekonomian Sri Lanka. Sektor ini baru saja pulih dari pandemi, dengan pendapatan ekspor meningkat 22,1% menjadi US$ 514 juta pada Januari 2022 dibandingkan dengan tahun lalu.

Pemesanan Kolonna telah penuh untuk tiga sampai enam bulan ke depan. Tapi gangguan yang ada saat ini menambah kekhawatiran karena kehilangan bisnis oleh pesaingnya di Indonesia, Bangladesh, dan Vietnam.

"Jika (pemerintah) tidak menyediakan bahan bakar, kami harus menghentikan produksi, itu mempengaruhi pengiriman pelanggan. Klien kami sudah bertanya kepada kami setiap hari apakah kami dapat menyelesaikan pesanan tepat waktu atau tidak," kata Koralage.

Sri Lanka hadapi krisis keuangan terburuk. Cek halaman berikutnya.

Sri Lanka menghadapi krisis keuangan terburuk dalam beberapa dekade. Cadangan devisa menyusut lebih dari 16% menjadi US$ 1,93 miliar pada Maret berdasarkan data bank sentral hari Kamis.

Kolonna Manufacturing merupakan contoh utama model pembangunan ekonomi yang diinginkan Sri Lanka yakni sebuah pabrik di pedalaman negara kepulauan yang menciptakan lapangan kerja lokal. Pabrik ini mempekerjakan 800 pekerja dari wilayah tersebut, termasuk kepala eksekutifnya Koralage.

Unit ini membuat garmen untuk ekspor dan menghasilkan hampir US$ 140.000 per tahun untuk desa-desa setempat.

Namun, kondisi negara itu sedang buruk. Kekurangan dolar AS telah membuat negara itu berjuang untuk membayar impor termasuk makanan, obat-obatan dan bahan bakar.

Bahkan, pembangkit listrik Sri Lanka sedang berjuang untuk mempertahankan operasinya. Pemadaman listrik yang berkepanjangan dan terus-menerus melumpuhkan bisnis, terutama bisnis berorientasi ekspor yang mampu menghasilkan dolar yang sangat dibutuhkan.

Eksportir seperti Kolonna biasanya mengunci pesanan dengan harga tetap dan memiliki kapasitas terbatas untuk menyerap kenaikan biaya. Rupee Sri Lanka yang lebih lemah biasanya menguntungkan eksportir. Tapi, kenaikan biaya menguras semua hal positif.

Kondisi ini mempengaruhi bisnis dan karyawannya. Koralage mengatakan ketika biaya hidup naik, mempertahankan pekerja terampil akan menjadi tantangan lain.


Hide Ads