Krisis ekonomi Sri Lanka disebut menjadi ancaman inflasi bagi negara lain di dunia. Saat ini, inflasi makanan di Sri Lanka mencapai 30,2% di bulan Maret.
Negara itu juga mengalami depresiasi 40% mata uang terhadap dolar AS dalam satu bulan. Utang publik yang diperkirakan oleh Dana Moneter Internasional sebesar 120% dari PDB.
Belum lagi obligasi Sri Lanka senilai US$ 1 miliar yang jatuh tempo pada bulan Juli. Sementara cadangan devisa kabarnya minim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situasi negara itu makin runyam juga karena krisis energi. Semua faktor itu menyebabkan ratusan masyarakat Sri Lanka mengamuk, mereka demo dan menurut Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa untuk mundur.
Mengutip Reuters, Jumat (8/4/2022), faktor-faktor inilah yang disebut akan menambah beban inflasi di negara lain. Ini juga menjadi peringatan bagi ekonomi Eropa hingga Asia yang tiba-tiba bergulat dengan lonjakan biaya hidup.
Sebelumnya invasi Rusia ke Ukraina yang membebani inflasi di beberapa negara Asia. Kini situasi ekonomi global ditambah bebannya dengan krisis di Sri Lanka.
IMF menyebut negara-negara yang lebih miskin akan lebih rentan terhadap lonjakan harga pangan global. Alasannya karena populasi negara miskin lebih banyak menghabiskan kebutuhan untuk makanan.
(ara/ara)