Tuntut Presiden Mundur
Saat masyarakat telah mengamuk karena kecewa dengan kinerja pemerintahan saat ini, mereka menuntut Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa untuk mundur. Namun, kabarnya Rajapaksa tidak akan mengundurkan diri.
Meskipun demonstrasi menolak upayanya untuk mengatasi krisis ekonomi terburuk negara itu dalam beberapa dekade. Demikian dikutip dari Reuters.
"Bolehkah saya mengingatkan Anda bahwa 6,9 juta orang memilih presiden. Sebagai pemerintah, kami dengan jelas mengatakan presiden tidak akan mengundurkan diri dalam keadaan apapun. Kami akan menghadapi ini," kata Johnston Fernando, menteri yang menangani soal pembangunan jalan raya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biang Kerok Krisis Sri Lanka
Para pengamat mengatakan akar dari krisis saat ini karena pemerintah Sri Lanka sendiri. Pemerintah negara itu disebut tidak becus mengurus perekonomian negara.
Diduga pemerintah yang menyebabkan dan mempertahankan defisit. Hingga menyebabkan negara kekurangan anggaran di samping defisit berjalan.
"Sri Lanka adalah ekonomi defisit kembar klasik. Defisit kembar menandakan bahwa pengeluaran nasional suatu negara melebihi pendapatan nasionalnya, dan bahwa produksi barang dan jasa yang dapat diperdagangkan tidak memadai," kata Asian Development Bank 2019, dikutip dari Reuters, Jumat (8/4/2022).
Krisis ini juga dipercepat oleh pemotongan pajak yang besar. Potongan pajak merupakan janji dari Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa selama kampanye pemilihan 2019.
Kebijakan itu diberlakukan beberapa bulan sebelum pandemi COVID-19. Itu juga yang membuat ekonomi negara itu memburuk.
(hns/hns)