Dengan penghasilan yang tidak pasti, Rommel terkadang mengantongi Rp 4 juta per bulan hingga Rp 8 juta.
Rommel memang memiliki darah seni dari sang ayah. Dia mengatakan ayahnya adalah seorang guru melukis. Barangkali hal itu yang membuatnya dapat dengan cepat mempelajari teknik melukis meskipun secara autodidak sedari kecil.
"Saya autodidak, tapi Bapak saya juga pelukis. Bapak saya guru lukis," sebutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko Bhandoyo, pelukis di Sentra Lukis Pasar Baru punya cerita serupa. Pernah suatu ketika dia mendapatkan orderan senilai Rp 30 juta yang dia kerjakan seorang diri.
"Untuk satu lukisan ya paling mahal Rp 30 juta karena size-nya, disamping itu faktor kesulitan," tutur Eko.
Tak tanggung-tanggung, dia mengatakan lukisan tersebut dipesan oleh seorang Jenderal yang meminta digambarkan lukisan bergambar Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan tokoh asal Nanggroe Aceh Darussalam.
Lukisan itu dia buat kurang lebih sekitar 2 tahun lalu. Eko menyebutkan bahwa saat ini lukisan seharga Rp 30 juta itu dipajang di kantor salah satu pejabat di Indonesia.
Dia juga menjual jasa melukis yang biayanya di bawah Rp 1 juta. Dia pernah dibayar paling murah Rp 750 ribu untuk sebuah lukisan. Dalam sebulan dia bisa mengantongi penghasilan kisaran Rp 10 juta sampai Rp 15 juta.
"Ya cukup untuk biaya kuliah anak. Anak saya banyak, ada 4," sebut Eko.
Sama seperti Rommel, Eko juga memiliki keahlian melukis secara autodidak. Sejak duduk di bangku sekolah dia sudah senang melukis, dan menjadikannya profesi saat dia duduk di bangku kuliah.
Menariknya pendidikan kuliah yang dia ambil menyimpang dari profesinya sebagai pelukis. Dia merupakan lulusan Sarjana Hukum yang tidak pernah mencicipi pekerjaan sesuai gelarnya itu.
"Karena saya masuk Fakultas Hukum juga atas kemauan orang tua. Setelah saya turuti ya sudah, saya ikuti kesukaan saya. Jadi sampai saat ini sejak saya tamat nggak pernah saya pakai itu. Namanya melamar pekerjaan saja saya belum pernah," tambahnya.
(toy/dna)