Kita sudah melihat banyak peran penting literasi dalam babak penting sejarah. Mulai dari wahyu kitab suci Al Quran yang memberikan perintah untuk membaca; keberadaan kaum terdidik Indonesia dalam menginisiasi perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia terhadap kolonialisme Belanda; hingga keajaiban Asia Timur oleh Jepang dan Korea Selatan yang sama miskinnya dengan Indonesia pasca Perang Dunia II lalu menjelma menjadi kekuatan ekonomi raksasa dunia.
"Dalam konteks bonus demografi, literasi menjadi syarat penting dalam meraih besarnya manfaat. Sebab edukasi adalah salah satu pilar penting untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas yang pada akhirnya menentukan kesuksesan negara dalam mengejar bonus demografi," terang Direktur Program GueMuda Rizky Adriyantho di Jakarta, Selasa (12/4/2022).
Pekerjaan rumah Indonesia untuk sektor pendidikan memang masih besar. Meski negara telah mewajibkan sekolah 12 tahun sejak beberapa tahun lalu, namun masih ada banyak hal yang harus dikejar. Salah satunya adalah kualitas pembelajaran siswa.
Rizky merujuk laporan Bank Dunia berjudul The Promise of Education in Indonesia pada 2020. Dalam laporan itu diketahui rata-rata waktu yang dihabiskan oleh tiap siswa di Indonesia mencapai 12,4 tahun, namun kualitas proses belajarnya hanya setara dengan 7,8 tahun.
Temuan itu masih sejalan dengan hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA) terakhir pada 2018 yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). Hasil tes itu menunjukkan kemampuan rata-rata pelajar Indonesia dalam membaca, sains, dan matematika berada di peringkat ke-74 dari 79 negara.
Dari ketiga konsentrasi itu, ironisnya rata-rata skor Indonesia tak satupun yang di atas rata-rata OECD. 'Prestasi' tersebut konsisten sejak awal keikutsertaan Indonesia dalam tes PISA pada 2000. Mengejar ketertinggalan dari Tiongkok dan Singapura sebagai peraih skor tertinggi tes PISA masih jauh dalam angan.
"Saya risau jika anak mudanya tidak dipersiapkan dengan baik dan sistematis, Indonesia akan melewatkan peluang dan benefit dari bonus demografi ini. Apalagi, angka ketergantungan bakal sangat tinggi sehingga menimbulkan krisis-krisis baru," ucap Rizky.
Sudah menjadi keniscayaan dengan kebijakan yang tepat, karakter penduduk suatu negara yang tadinya bersifat agraris dengan tingkat kelahiran; kematian yang tinggi perlahan-lahan menjadi negara industri dengan tingkat kelahiran; kematian yang berangsur menyusut. Selama masa bonus demografi itu, penduduk usia produktif bertambah jauh lebih cepat dari penduduk usia nonproduktif.
Menurut kajian Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2012 lalu, Indonesia akan menikmati masa bonus demografinya pada 2020-2030. Itu disebabkan oleh rasio ketergantungan di Indonesia mencapai titik terendahnya pada periode tersebut.
BPS sendiri mencatat pada 2021 Indonesia memiliki 272,7 juta jiwa. Di mana komposisi mayoritas berasal dari penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 69,3% dari total penduduk atau sekitar 188,9 juta jiwa. Gen Z (kelahiran 1997-2012) dan Milenial (kelahiran 1981-1996) adalah dua generasi paling dominan saat ini.
Sebagaimana yang diketahui, GueMuda merupakan komunitas anak muda yang berfokus pada peningkatan mutu literasi, pengalaman, dan analisis di bidang investasi, bisnis, dan olahraga, melihat bonus demografi ini sebagai jendela kesempatan yang luar biasa. Sebagai komunitas anak muda, kami menilai bonus demografi ini momen yang tepat untuk menegaskan seberapa jauh anak muda bisa berperan dalam kemajuan bangsa.
Salah satu yang ditawarkan oleh GueMuda adalah konten yang berisi informasi penting di kategori investasi, bisnis, dan olahraga dengan pengemasan yang menarik bagi anak muda Indonesia. Kami percaya literasi yang baik adalah fondasi yang penting dalam membangun
anak muda Indonesia yang berkualitas. Tentu saja konten yang akan kami sajikan akan memuat informasi dan data yang berkualitas.
Selama masa bonus demografi, suplai tenaga kerja dan lapangan pekerjaan di Indonesia diharapkan bertambah pesat. Kita tidak ingin kesempatan langka ini terbuang sia-sia seperti halnya yang terjadi di Afrika Selatan yang mana terjadi skill mismatch antara pendidikan dan
dunia kerja.
"Kami berkomitmen mewujudkan GueMuda sebagai wadah bagi anak muda yang produktif dalam mencari informasi yang kredibel dalam menunjang kebutuhannya, khususnya di bidang bisnis, investasi, dan olahraga. Sebisa mungkin GueMuda akan melakukan tugasnya agar peluang bonus demografi Indonesia itu bisa dinikmati maksimal," pungkas Rizky.
(fdl/fdl)