Jangan Lengah! Ini 3 Alasan Lockdown Shanghai Bisa Goyang Ekonomi Global

Jangan Lengah! Ini 3 Alasan Lockdown Shanghai Bisa Goyang Ekonomi Global

Trio Hamdani - detikFinance
Kamis, 14 Apr 2022 10:10 WIB
Shanghai telah memberlakukan lockdown sejak akhir bulan lalu. Pusat keuangan di Negeri Tirai Bambu itu pun kini sunyi, jauh dari hiruk-pikuk kota sehari-hari.
Foto: REUTERS/ALY SONG
Jakarta -

China sedang berjuang untuk menahan wabah virus Corona (COVID-19) di Shanghai. Lockdown sudah dilakukan selama 17 hari, membuat sebagian besar dari 25 juta penduduknya terjebak di rumah.

Terletak di pantai timur China, Shanghai adalah kota terbesar dan paling makmur di negara itu dan salah satu kota metropolitan terbesar di dunia. Bersama dengan kota tetangga Kunshan yang di-lockdown awal bulan ini, kedua kota tersebut memainkan peran besar dalam ekonomi global.

Pemerintah China yang belum menunjukkan tanda-tanda untuk segera melonggarkan pembatasan, meningkatkan kekhawatiran akan kerusakan ekonomi yang ditimbulkannya, dan dampak tak terduga yang akan terasa ke seluruh dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Shanghai adalah episentrum wabah COVID saat ini, tetapi tidak sendirian, analis di Nomura memperkirakan bahwa lockdown penuh atau sebagian diberlakukan di 45 kota di China, mempengaruhi seperempat populasi dan sekitar 40% ekonomi.

Perdana Menteri Li Keqiang sudah 3 kali dalam seminggu memperingatkan akan ancaman yang ditimbulkan oleh peningkatan COVID-19 terhadap ekonomi China.

ADVERTISEMENT

Disadur detikcom dari CNN, Kamis (14/4/2022), ini tiga alasan mengapa seluruh dunia harus mengawasi Shanghai dengan cermat:

1. Bisnis dan Keuangan

Shanghai memiliki PDB terbesar dari semua kota di China, yakni 4,32 triliun yuan (US$ 679 miliar), serta pasar saham terbesar ketiga secara global berdasarkan nilai perusahaan yang berdagang di sana, dan jumlah miliarder terbesar kelima di dunia.

Shanghai juga merupakan tujuan paling menarik untuk bisnis internasional yang mengincar ekspansi di daratan China. Pada akhir tahun 2021, menurut otoritas kota, lebih dari 800 perusahaan multinasional telah mendirikan kantor pusat regional atau negara di Shanghai.

Di antara mereka, 121 adalah perusahaan Fortune Global 500, termasuk Apple, Qualcomm, General Motors, Pepsico, dan Tyson Foods.

Lebih dari 70.000 perusahaan milik asing memiliki kantor di kota, yang menurut data dari pemerintah Jepang lebih dari 24.000 di antaranya adalah perusahaan Jepang.

Dengan total kapitalisasi pasar sebesar US$ 7,3 triliun, Bursa Efek Shanghai yang didirikan pada tahun 1990 hanya mengikuti New York dan London. Perdagangan berlanjut meskipun lockdown, tetapi beberapa bank dan perusahaan investasi telah meminta staf untuk menginap di kantor agar pasar tetap berfungsi.

Kumpulan perusahaan yang terdaftar di Shanghai sangat terfokus pada perusahaan besar milik negara yang memainkan peran sentral dalam ekonomi China. Mereka termasuk pembuat minuman keras paling berharga di dunia Kweichow Moutai, raksasa perbankan dan asuransi seperti ICBC dan China Life Insurance (LFC), dan perusahaan minyak negara PetroChina (PCCYF).

Lanjut ke halaman berikutnya

2. Perdagangan dan Logistik

Shanghai menyumbang 3,8% dari PDB China. Tetapi, menurut statistik resmi untuk tahun lalu, kota tersebut memiliki pangsa yang jauh lebih tinggi, yaitu 10,4% dari perdagangan China dengan seluruh dunia.

Pelabuhan Shanghai adalah yang tersibuk di dunia untuk lalu lintas peti kemas. Pelabuhan tersebut memindahkan 47 juta unit kargo setara 20 kaki pada tahun 2021, empat kali volume yang ditangani oleh Pelabuhan Los Angeles. Jumlah tersebut merupakan 16,7% dari total pengiriman kontainer China tahun lalu.

Shanghai juga merupakan pusat penerbangan utama di Asia. Bandara Internasional Pudong dan Bandara Hongqiao menangani 122 juta penumpang pada 2019, menjadikan kota ini hub tersibuk keempat di dunia setelah London, New York, dan Tokyo.

Tetapi wabah COVID-19 telah memperburuk penundaan pelabuhan dan memaksa penangguhan banyak penerbangan penumpang, membuat tarif angkutan udara melonjak dan memberi tekanan lebih pada rantai pasokan global.

Pelabuhan Shanghai tetap beroperasi, tetapi data industri yang dirilis pada akhir Maret menunjukkan bahwa jumlah kapal yang menunggu untuk memuat atau membongkar telah meroket ke rekor tertinggi. Media pemerintah juga melaporkan bahwa banyak pengemudi truk berjuang untuk membawa peti kemas masuk dan keluar dari pelabuhan tepat waktu karena pembatasan perjalanan.

Lanjut ke halaman berikutnya

3. Manufaktur dan Teknologi

Area Shanghai Raya, yang mencakup Kunshan dan beberapa kota timur lainnya merupakan pusat manufaktur utama untuk industri, mulai dari mobil hingga semikonduktor.

Volkswagen dan General Motors menjalankan pabrik di Shanghai dalam kemitraan dengan pembuat mobil milik negara SAIC Motor. Shanghai juga merupakan rumah bagi gigafactory pertama Tesla di Asia. Pembuat kendaraan listrik AS mengirimkan lebih dari 65.000 mobil dari pabriknya di Shanghai bulan lalu, menjadikannya merek EV terlaris di China.

Pada bulan Januari, Ford meluncurkan pusat desain global keenam di Shanghai, menyoroti semangat kota dan meningkatnya jumlah desainer muda China dengan campuran pemikiran segar, pengetahuan lokal, dan pandangan global.

TSMC, pembuat chip kontrak terbesar di dunia, menjalankan pabrik semikonduktor besar di pinggiran kota Songjiang. Pembuat chip China terkemuka SMIC dan Hua Hong Semiconductor memiliki pabrik di Pudong, di timur kota.

Tetapi pembatasan COVID-19 telah memaksa banyak pabrik untuk menangguhkan operasi di Shanghai dan Kunshan, mengancam akan mengganggu rantai pasokan utama untuk mobil dan elektronik.

Pabrik Volkswagen dan Tesla di Shanghai telah ditutup selama berminggu-minggu. Pembuat kendaraan listrik China Nio juga terpaksa menghentikan produksi karena gangguan terkait COVID-19 di Shanghai dan kota-kota China lainnya.

Pegatron, pemasok utama Apple telah menangguhkan produksi di pabrik Shanghai dan Kunshan hingga pemberitahuan lebih lanjut. Selain itu, Unimicron Technology Taiwan yang memasok papan sirkuit tercetak ke Apple, dan Eson Precision selaku afiliasi pemasok iPhone Foxconn yang juga memasok komponen ke Telsa menghentikan produksi di fasilitas Kunshan mereka awal bulan ini.

"Dengan hubungan perdagangan Shanghai yang signifikan ke Asia Timur, ini bisa berdampak pada rantai pasokan regional," analis Citi juga mengatakan dalam sebuah catatan penelitian akhir pekan lalu.

"Kami pikir Korea, Taiwan, Vietnam dan, pada tingkat lebih rendah, Jepang (pada kendaraan) terlihat relatif terpapar (gangguan)," kata mereka.

Industri lainnya termasuk obat-obatan. Pada bulan Oktober, AstraZeneca (AZN) membuka pusat R&D global di Shanghai.



Simak Video "Melihat Shanghai yang Kini Sunyi karena Lockdown"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads