Harga Kedelai Cuma Turun Secuil, Mendag Ungkap Akan Berlanjut Bulan Depan

Harga Kedelai Cuma Turun Secuil, Mendag Ungkap Akan Berlanjut Bulan Depan

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 19 Apr 2022 14:47 WIB
Perajin tahu dan tempe di Depok gelar aksi unjuk rasa imbas kenaikan harga kedelai. Tak hanya itu, mereka juga mogok produksi selama 3 hari.
Harga Kedelai Turun Tipis/Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Jakarta -

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan harga kedelai saat ini sudah turun ke angka Rp 13.900/kg dari pekan lalu Rp 14.000.

Harga itu per 18 April 2022, dan hanya turun sedikit. Lutfi meyakini harga kedelai akan berangsur turun mulai akhir Mei 2022.

"Harga kedelai turun 0,7% dari Rp 14.000/kg menjadi Rp 13.900/kg. Berdasarkan laporan dari Future Bursa Kedelai Internasional, harga kedelai akan berlangsung turun mulai akhir Mei tahun ini," kata Lutfi dalam konferensi pers melalui saluran YouTube Kemendag, Selasa (19/4/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk meringankan perajin kedelai saat harga bahan baku tinggi, Kemendag melalui Perum Bulog memberikan bantuan untuk mengganti selisih harga pembelian kedelai. Bantuan ini diberikan kepada perajin tempe dan tahu yang tergabung di Koperasi Produsen Tempe dan Tahu (KOPTI).

"Pemerintah sudah juga memberikan bantuan penggantian selisih harga pembelian kedelai kepada para perajin anggota KOPTI (Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia) Rp 1.000/kg kedelai yang disalurkan langsung oleh Perum Bulog," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Untuk diketahui, harga kedelai yang saat ini Rp 13.900/kg dan sempat menyentuh Rp 14.000/kg, jauh dibandingkan prediksi Kemendag bulan lalu.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan pernah mengatakan harga kedelai sampai puasa dan Lebaran tahun ini diperkirakan menyentuh level Rp 12.000/kg. Kala itu, harga kedelai masih di level Rp 11.300/kg. Oke menerangkan penyebab tingginya harga kedelai karena ketergantungan impor tinggi.

"Pasokan nasional yang ada tidak mencukupi, impornya sudah di atas 85%. Jadi kalau rata-rata kita setiap tahun itu kebutuhannya 3 juta ton, 2,6 juta tonnya itu di impor," jelasnya kepada detikcom, Jumat (4/3).

(ara/ara)

Hide Ads