Jakarta -
Restoran Texas Chicken melakukan PHK dan memangkas gaji karyawan hingga 50%. Hal itu diungkapkan PT Cipta Selera Murni Tbk (CSMI) selaku salah satu manajemen.
"Kebijakan terhadap karyawan sehubungan dengan adanya pandemi COVID-19, karyawan kontrak diputus yang masa kontraknya sudah habis, merumahkan karyawan jika restoran tutup atau tidak memerlukan (unpaid leaved), upah seluruh karyawan pusat dan cabang dievaluasi dan dibayar 50%," kata Direktur Utama CSMI, Arriola Arthur Raphael dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (19/4/2022).
Texas Chicken berada di dua manajemen yang berbeda sejak 2018. PT Quick Serve Indonesia (QSI) selaku manajemen lain menegaskan tidak ada hubungannya dengan keputusan yang diambil PT CSMI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Texas Chicken Indonesia ada 2 operator, 1 operator lama PT CSMI dan 1 operator baru PT QSI. Dua PT ini berbeda dan tidak ada hubungan apa-apa," kata Managing Director PT QSI, Julius Evan Kristianto saat dihubungi.
Berbeda dengan yang dilakukan PT CSMI, Julius menegaskan bahwa pihaknya tidak melakukan PHK dan pemotongan gaji karyawan hingga 50%.
"Kita tidak PHK dan tidak (melakukan) pemotongan gaji karyawan (di) gerai-gerai kami," tuturnya.
Selanjutnya soal dua pengelola Texas Chicken. Klik halaman berikutnya
PT QSI mengelola outlet Texas Chicken di Jakarta termasuk seluruh pulau Jawa yang berjumlah 16, sedangkan PT CSMI pengelola di luar pulau Jawa dengan jumlah 22 outlet per Februari 2022.
Jika PT CSMI mengaku melakukan penutupan gerai selama pandemi COVID-19, PT QSI justru menambah gerai baru.
"Kita malah buka store-store baru seperti di Solo baru-baru ini. Kita mulai di 2018 dan sekarang sudah 16 gerai di Pulau Jawa," ujar Julius.
Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi COVID-19 membuat usaha restoran ayam goreng tersebut terdampak. Kondisi itu disebut sudah berangsur membaik seiring dengan pelonggaran pembatasan kegiatan yang dilakukan pemerintah.
"Selama pandemi pasti ada penurunan karena restrictions dari pemerintah, tapi sekarang sudah membaik biarpun belum kembali ke normal tapi ada improvement," bebernya.
Gelombang PHK masih ada meski pandemi mereda. Klik halaman berikutnya
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perindustrian, Johnny Darmawan mengatakan pandemi COVID-19 membuat daya beli berkurang sehingga usaha yang tidak bisa bersaing harus melakukan efisiensi. Salah satu jalan yang ditempuh adalah memangkas jumlah karyawan demi mengurangi beban operasional.
"Ini terjadi memang karena pandemi. Pandemi itu membuat industri drop dan daya beli berkurang. Jadi saya tidak heran kalau mereka akan melakukan efisiensi-efisiensi," kata Johnny kepada detikcom.
Meski pandemi COVID-19 sudah mulai reda, perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina kembali membuat daya beli berkurang karena efek kenaikan harga komoditas.
"Walaupun pandemi sudah reda, keluar lagi yang namanya (perang) Rusia-Ukraina. Kamu lihat bensin naik, LPG naik, minyak goreng naik, semua naik akan terjadi inflasi, daya beli berkurang lagi," jelasnya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira. Meskipun pemulihan sudah terjadi, konsumsi masyarakat disebut belum kembali seperti pra pandemi COVID-19.
"Konsumsi masyarakat belum kembali seperti pra pandemi. Hal itu ditunjukkan oleh perlambatan indeks keyakinan konsumen bulan Maret 2022 menjadi 111, lebih rendah dibanding Maret 2019 yakni 124.5. Masalah utama terletak pada kesempatan kerja yang terbatas," bebernya.
Khusus usaha restoran seperti Texas Chicken, PHK karyawan dinilai untuk mengantisipasi tekanan daya beli yang lebih besar akibat kenaikan harga komoditas.
"Pasca Lebaran sinyal naiknya BBM subsidi, Pertalite dan tarif listrik cukup kuat. Kalau inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat terutama kelas menengah tanggung akan menahan belanja di luar rumah. Kenaikan biaya produksi seperti kenaikan harga minyak goreng dan BBM, gas non subsidi berakibat pada beban operasional perusahaan membengkak," ujarnya.