Beberapa waktu terakhir ramai soal wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan LPG 3 kilogram (kg).
Muncul kabar bahwa harga Pertalite akan naik sebanyak Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per liter. Jika benar maka harga Pertalite akan ada di kisaran Rp 9.000 hingga Rp 10.000-an per liter.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan saat ini pemerintah selalu melihat dan mengupayakan pemulihan ekonomi nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini konsentrasi utama kita adalah pemulihan ekonomi Indonesia karena seperti kesimpulan yang sudah disampaikan kita periode recovery lalu tiba tiba terjadi perang Rusia dan Ukraina yang menambah risiko bagi pemulihan ekonomi kita," kata dia dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (20/4/2022).
Dia mengungkapkan dari kondisi ini ada risiko pada harga komoditas yang meningkat di pasar internasional dan menjadi potensi imported inflation. Menurut dia hal ini tentu harus kita kaji dan karena itu kita akan melihatnya secara hati hati.
"Di sisi lain kehati hatian harus diperhitungkan karena kalau terjadi peningkatan harga komoditas maka subsidi kita juga akan meningkat," jelas dia.
Karena itu, pemerintah terus mencari titik keseimbangan yang paling pas. "Berapa besar yang harus kita lakukan misalkan subsidi untuk tetap terjalin proses recovery Indonesia pemulihan ekonomi masyarakat tetap," ujar dia.
Sebelumnya kode keras terkait kenaikan Pertalite ini disampaikan oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Dalam rapat kerja dengan Komisi VII (13/4), Arifin menjelaskan, konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina memberikan dampak pada pasokan minyak.
"Situasi konflik geopolitik ini mungkin akan berlangsung lama dan memang akibat dari embargo yang dilakukan oleh negara-negara tertentu, ini menyebabkan akan berkurangnya suplai. Nah suplai ini yang kurang lebih 10% dari suplai dunia itu sudah direspons bahwa OPEC tidak mungkin bisa memenuhi," kata Arifin.
Arifin mengatakan, konflik yang berkepanjangan bisa menyebabkan krisis pasokan yang ujungnya berpengaruh terhadap harga komoditas seperti bahan bakar minyak (BBM)
"Jadi kalau konflik ini berkepanjangan, akan menyebabkan krisis suplai dan krisis suplai ini akan menyebabkan pengaruh terhadap harga komoditas karena memang demand sudah mulai meningkat pasca membaiknya COVID ini sendiri," tuturnya.
(kil/das)