Dia mengatakan buklet yang berisi cerita-cerita eksploitasi di tengah masyarakat Nairobi untuk mendapatkan air ini dapat meningkatkan perhatian banyak pihak. Dengan begitu, masalah ini bisa segera diselesaikan.
"Ini bukan hanya sesuatu yang kami bangun dan temukan. Kami membutuhkan waktu lebih dari dua tahun untuk mengumpulkan cerita-cerita wanita dan gadis-gadis ini," ujar Ouma.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sareen Malik, aktivis perempuan KEWASNET mengatakan mereka datang dengan proyek buklet itu untuk mempromosikan ruang aman bagi perempuan dan anak perempuan di permukiman padat penduduk.
Dia mengatakan banyak organisasi masyarakat di Kenya seperti Polycom Development Project, Inua Dada, dan Umande Trust membantu dalam pengumpulan dan kompilasi narasi gadis-gadis itu serta memberi mereka dukungan psikososial.
Tantangan terbesar untuk menangkap pelaku tindakan eksploitasi seksual ini adalah kurangnya undang-undang yang melarang pemerasan.
"Satu-satunya tempat kami memiliki undang-undang yang menentang pemerasan adalah dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan tetapi di tempat lain, tidak ada. Pemerasan dikriminalisasi oleh hukum tetapi sextortion belum diakui," kata Sareen Malik.
Simak Video "Video Petani di Kenya Pakai AI Untuk Diagnosis Penyakit Tanaman"
[Gambas:Video 20detik]
(hal/das)