Jakarta -
Kelangkaan air bersih terjadi sejak lama di Kenya. Bahkan, warga di sekitar ibu kota Nairobi pun tak luput dari kesulitan mendapatkan air bersih.
Nairobi, saat ini menghadapi kekurangan air karena faktor-faktor seperti perubahan pola cuaca dan fasilitas air yang menua. Masyarakat di kawasan padat penduduk seperti Kibera justru harus membayar air bersih kepada penyedia air swasta.
Para vendor penyedia air ini bagaikan mengontrol pasokan dan akses ke air di masyarakat. Mereka mematok harga untuk setiap tetes air bersih di sana. Namun, harga yang dibayar perempuan lebih dari sekadar uang. Banyak perempuan diminta dan dipaksa untuk melakukan seks dengan para vendor demi mendapatkan air bersih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari laporan BBC, Selasa (26/4/2022), beberapa wanita menceritakan pengalamannya menjadi korban pemerasan secara seksual untuk mendapatkan air bersih. Mary (bukan nama sebenarnya) salah satunya, dia pernah dipaksa melakukan hubungan seks oleh seorang vendor air bersih pada suatu malam saat mengambil air.
Perempuan yang tinggal di sudut kawasan Kibera ini bercerita kebanyakan penjaja air bersih adalah laki-laki. Kepada pembeli perempuan mereka sering melakukan rayuan seksual, bahkan paksaan untuk berhubungan. Bila perempuan itu menolak maka dia tidak akan mendapatkan air bersih.
"Yang berjualan air di malam hari kebanyakan adalah laki-laki. Dan saat mereka melakukan rayuan seksual pada Anda dan Anda menolak, Anda tidak akan mendapatkan air," cerita Mary.
Sialnya, Mary pernah menjadi korban pemaksaan secara seksual itu saat mengambil air. "Ada dua laki-laki saat itu, mereka sampai merobek pakaian saya. Bahkan, sebelum ada orang yang mendengar saya berteriak datang, mereka sudah melakukannya," kata Mary.
Mary setidaknya butuh delapan jeriken air setiap hari. Dia menghabiskan US$ 18 atau sekitar Rp 257 ribu (kurs Rp 14.300) sebulan hanya untuk air bersih. Jumlah itu hampir seperempat dari gajinya hanya untuk mendapatkan air bersih.
Lanjut di halaman berikutnya.
Banyak orang miskin di Kibera, mereka berjuang untuk membayar air. Pemerintah sebetulnya sudah menyediakan titik-titik layanan air umum, tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air yang sangat besar. Nairobi menghadapi kekurangan air sejak 2005.
Maka dari itu para vendor penyedia air bersih swasta telah masuk untuk mengisi kekosongan penyediaan air di Kibera. Membayar untuk air telah memaksa beberapa wanita untuk membuat pilihan sulit. Mengikuti kemauan seksual para penyedia air atau tidak mendapatkan air sama sekali.
Jane (bukan nama sebenarnya) warga Kibera lainnya mengatakan selama ini dia mendapatkan air dengan berutang ke vendor. Hingga suatu hari vendor air itu meminta Jane membayar semua tagihan air bersih.
Namun, Jane mengaku tak punya uang. Di saat itu lah vendor air bersih meminta Jane untuk membayar tagihan air bersihnya dengan melakukan hubungan seksual.
"Dulu saya mengambil air secara kredit, sampai pada suatu titik penjual air bertanya kepada saya: Bagaimana Anda akan membayar semua uang itu? Saya mengatakan kepadanya karena pandemi Corona, saya tidak punya apa-apa," kisah Jane.
"Dia memberi tahu saya apa adanya, silakan bayar air saya menggunakan tubuhmu" lanjutnya.
Dilansir dari media lokal, The Star, aktivis Vincent Ouma, yang merupakan kerua inisiatif The Kenya Water and Sanitation Civil Society Network (KEWASNET) mengatakan eksploitasi seks telah berlangsung sejak lama namun secara sembunyi-sembunyi.
Bahkan, banyak pemangku kebijakan tidak percaya dengan cerita masyarakat dieksploitasi untuk mendapatkan air bersih. Pihaknya, pada Desember 2021 yang lalu menerbitkan buklet yang berisi cerita eksploitasi yang didapatkan masyarakat Nairobi untuk mendapatkan air.
"Kami telah membicarakan hal ini untuk beberapa waktu tetapi ketika Anda membicarakan hal ini kepada orang-orang, terutama orang-orang besar di sektor air, mereka semua menyangkalnya. Mereka tidak percaya ada orang yang dieksploitasi untuk mendapatkan air," kata Ouma.
Lanjut di halaman berikutnya.
Dia mengatakan buklet yang berisi cerita-cerita eksploitasi di tengah masyarakat Nairobi untuk mendapatkan air ini dapat meningkatkan perhatian banyak pihak. Dengan begitu, masalah ini bisa segera diselesaikan.
"Ini bukan hanya sesuatu yang kami bangun dan temukan. Kami membutuhkan waktu lebih dari dua tahun untuk mengumpulkan cerita-cerita wanita dan gadis-gadis ini," ujar Ouma.
Sareen Malik, aktivis perempuan KEWASNET mengatakan mereka datang dengan proyek buklet itu untuk mempromosikan ruang aman bagi perempuan dan anak perempuan di permukiman padat penduduk.
Dia mengatakan banyak organisasi masyarakat di Kenya seperti Polycom Development Project, Inua Dada, dan Umande Trust membantu dalam pengumpulan dan kompilasi narasi gadis-gadis itu serta memberi mereka dukungan psikososial.
Tantangan terbesar untuk menangkap pelaku tindakan eksploitasi seksual ini adalah kurangnya undang-undang yang melarang pemerasan.
"Satu-satunya tempat kami memiliki undang-undang yang menentang pemerasan adalah dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan tetapi di tempat lain, tidak ada. Pemerasan dikriminalisasi oleh hukum tetapi sextortion belum diakui," kata Sareen Malik.
Simak Video "Video Petani di Kenya Pakai AI Untuk Diagnosis Penyakit Tanaman"
[Gambas:Video 20detik]