Elon Musk Resmi Beli Twitter, Ini 6 Fakta di Baliknya

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Selasa, 26 Apr 2022 16:23 WIB
Elon Musk Resmi Membeli TwitterFoto: Instagram @elonrmuskk
Jakarta -

Orang terkaya di dunia Elon Musk telah mencapai kesepakatan untuk membeli Twitter Inc seharga US$ 44 miliar atau sekitar Rp 629,2 triliun (kurs Rp 14.300) secara tunai. Hal ini sebagaimana yang sudah disepakati oleh Musk dengan Twitter pada Senin (25/4).

Berikut fakta-fakta terkait akuisisi raksasa media sosial Twitter yang dilakukan oleh Musk:

1. Nilai Kesepakatan Melebihi Penilaian Valuasi Perusahaan

Dilansir dari CNN, Kamis (14/4/2022), menurut pengajuan SEC, pendiri Tesla itu telah menawarkan untuk mengakuisisi semua saham di Twitter yang bukan miliknya.

Dia menawarkan akuisisi semua saham itu seharga US$ 54,20 atau sekitar Rp 775 ribu (kurs Rp 14.300) per saham. Padahal saat saat ini nilai total valuasi perusahaan sebesar US$ 43,4 miliar atau sekitar Rp 620 triliun.

Elon Musk mengatakan penawaran tunai itu adalah penawaran terbaik dan terakhirnya. Menurut pengajuan SEC, jika penawaran itu tidak diterima, Elon Musk mengatakan dirinya akan mempertimbangkan kembali posisinya sebagai pemegang saham.

"Saya berinvestasi di Twitter karena saya percaya pada potensinya untuk menjadi platform kebebasan berbicara di seluruh dunia, dan saya percaya kebebasan berbicara adalah keharusan sosial untuk demokrasi yang berfungsi," kata Elon Musk dalam sebuah surat yang dia kirim ke Twitter.

2. Alasan Elon Musk Ingin Beli Twitter

Pembelian salah satu platform media sosial (medsos) itu dikatakan bukan hanya soal bisnis semata.
Musk melihat akuisisi tersebut sebagai titik balik bagi peradaban. Dia ingin memastikan Twitter tetap menjadi platform terpercaya untuk demokrasi.

"Ini bukan cara menghasilkan uang. Perasaan intuitif saya yang kuat adalah memiliki platform publik yang dapat dipercaya secara maksimal dan inklusif secara luas sangat penting untuk masa depan peradaban," kata Musk kepada kepala TED, Chris Anderson dikutip dari CNN, Senin (18/4/2022).

CEO Tesla dan SpaceX itu melihat kurangnya kebebasan berbicara di Twitter. Dia mengatakan Twitter harus membuka algoritmanya untuk meningkatkan transparansi dalam keputusan moderasi konten perusahaan sehingga mencerminkan perubahan besar dalam cara medsos tersebut beroperasi.

3. Tawaran Elon Musk Sempat Ditolak Twitter

Saat Elon Musk mengajukan tawaran akuisisi Twitter ini, Dewan direksi Twitter telah merancang rencana hak pemegang saham jangka terbatas yang disebut 'pil beracun'. Hal itu dilakukan untuk mempersulit Elon Musk mengakuisisi perusahaan.

Dilansir dari CNN, Selasa (19/4/2022), rencana itu akan mempertahankan hak bagi pemegang saham Twitter selain Musk untuk memperoleh lebih banyak saham perusahaan dengan harga relatif murah.

Ketentuan itu akan bekerja jika Musk atau investor lain mengakuisisi lebih dari 15% saham perusahaan.

"Rencana hak akan mengurangi kemungkinan bahwa entitas, orang, atau kelompok mana pun memperoleh kendali atas Twitter melalui akumulasi pasar terbuka tanpa membayar semua pemegang saham premi kontrol yang sesuai," kata perusahaan dalam pernyataannya.

4. Elon Musk vs Pangeran Arab

Elon Musk harus gigit jari dalam upayanya membeli Twitter. Pasalnya, tawaran Musk senilai US$ 43 miliar atau Rp 614,9 triliun (kurs Rp 14.300) ditolak mentah-mentah Pangeran Arab Saudi Al Waleed bin Talal Al Saud, miliarder yang merupakan salah satu pemegang saham terbesar Twitter.

"Saya tidak percaya tawaran yang diajukan @elonmusk ($54,20) mendekati nilai intrinsik @Twitter mengingat prospek pertumbuhannya," kata Al Waleed melalui cuitannya di Twitter, dikutip dari ndtv, Senin (25/4/2022).

"Menjadi salah satu pemegang saham Twitter terbesar dan jangka panjang, @Kingdom_KHC & saya menolak tawaran ini," tambahnya.

Mendapat reaksi seperti itu, Elon Musk membalas cuitan Al Waleed dengan menyinggung kebebasan berbicara dan hak asasi manusia di Arab Saudi.

"Menarik. Hanya ada dua pertanyaan, jika saya diizinkan. Berapa banyak Twitter yang dimiliki Kerajaan, secara langsung & tidak langsung? Apa pandangan Kerajaan tentang kebebasan berbicara jurnalistik?" kata Musk.

5. Karyawan Twitter Merasa 'Insecure' Jadi Anak Buah Elon Musk

Melansir dari Reuters, Selasa (26/4/2022), meski kesepakatan sudah diteken, CEO Twitter Parag Agrawal dan pejabat tinggi perusahaan lainnya masih belum mengetahui ke arah mana Elon Musk akan membawa Twitter.

Terlebih mengingat sebelumnya Musk sendiri kerap melontarkan kritik terhadap Twitter sebelum akhirnya memutuskan untuk mengakusisinya. "Begitu kesepakatan ditutup, kami tidak tahu ke arah mana platform akan pergi," kata Agrawal kepada karyawan.

Tidak berhenti di sana, pembelian Twitter oleh Elon Musk ini juga membuat sejumlah karyawan dilanda ketidakpastian akibat kebijakan yang mungkin membuat mereka kehilangan pekerjaan.

Meski demikian, untuk sekarang ini Agrawal mengatakan kepada para karyawannya bahwa perusahaan tetap beroperasi seperti biasa meski dengan adanya kesepakatan Elon Musk. Selain itu Agrawal juga memastikan bahwa perusahaan tidak akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap para karyawan.

Bret Taylor selaku Ketua Dewan Direksi Twitter juga ikut meyakinkan karyawan bahwa perjanjian dengan Musk akan memprioritaskan "kesinambungan operasi" sampai kesepakatan ditutup.

"Saya pikir kami merasa sangat nyaman bahwa (kesepakatan) memberi tim ini kemampuan untuk terus membuat perusahaan sukses di antara penandatanganan dan penutupan transaksi," kata Taylor.

6. Elon Musk Sibuk Urusi Twitter, Nasib Tesla Bisa Terancam

Aksi Elon Musk menawar Twitter memicu kekhawatiran investor Tesla. Jika tawarannya diterima, dicemaskan Elon Musk akan kewalahan mengingat saat ini ia telah menjadi bos di Tesla dan SpaceX.

Saham Tesla (TSLA) turun hampir 4% pada Kamis (14/4) setelah Musk mengungkapkan bahwa dia telah mengajukan tawaran lebih dari US$ 41 miliar untuk membeli Twitter (TWTR). Saham Tesla memang naik sedikit pada Senin (18/4), tetapi masih turun 6% sejauh ini pada 2022.

"Elon Musk harus fokus pada Tesla dan tidak membuang waktu untuk mencoba memperoleh dan mengelola (Twitter). Tesla menghadapi persaingan yang signifikan di bidang kendaraan listrik. Pembuat mobil besar mengejar dan memproduksi kendaraan listrik yang inovatif," kata CEO New Constructs, David Trainer dikutip dari CNN, Selasa (19/4/2022).

Ada juga ancaman yang berkembang dari saingan produsen kendaraan listrik (electric vehicle/EV) baru seperti Rivian dan Lucid di AS, serta Nio (NIO), Xpeng dan Li Auto di China.

"Dengan meningkatnya persaingan di seluruh dunia, orang akan berpikir bahwa Musk ingin memprioritaskan Tesla daripada berbelok ke Twitter," tuturnya.

Tesla belum berkomentar apakah ambisi Musk di Twitter dapat menghilangkan fokusnya pada Tesla. Terlepas dari itu, perusahaan telah berhasil berkembang.

Simak Video 'Resmi Beli Twitter, Elon Musk Ingin Ciptakan 'Free Speech'':






(fdl/fdl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork