Pasokan daging diharapkan bisa dipenuhi dari sapi lokal. Di mana, banyak masyarakat yang memelihara 3 hingga 4 ekor sapi, meski bukan sebagai pekerjaan utama.
Sayangnya, mereka memperlakukan sapi sebagai harta benda yang likuid, sehingga kalau tidak ada keperluan penting dan mendesak, belum tentu mereka mau menjual sapi.
"Sebenarnya, sapi yang siap potong itu jumlahnya banyak, tapi nggak marketable. Nggak setiap saat bisa masuk ke pasar. Itu saya kira, yang juga membuat stok terbatas dan membuat harganya jadi tinggi," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, pemerintah juga sudah melakukan mobilisasi sapi dari sentra-sentra yang ada di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Khususnya, untuk memenuhi kebutuhan daging di Jabodetabek dan Bandung Raya, yang kebutuhan konsumsinya tinggi.
"Tapi, dari mobilisasi itu, kita lihat kan hasilnya juga nggak banyak. Jadi, klop semuanya, pasokan dalam negeri tidak bisa menutup kebutuhan, lalu harga daging impor tinggi, Sekarang, ikut tinggi harganya," pungkasnya.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau akrab disapa Buwas sebelumnya mengatakan bagi masyarakat yang ingin membeli daging kerbau yang diimpor dari India ini bisa mendapatkan di ritel modern
"Kalau daging kerbau (impor) ini ke konsumen Rp 80.000 per kg, dari Bulog dijual Rp 70.000 per kg jadi ada selisih Rp 10.000. Jadi ada di ritel-ritel di Indomaret, di Alfamart. Jadi tolong teman-teman kalau ikut ngecek, jangan sampai menjual lebih dari itu. Kalau menjual lebih dari itu artinya ada penyimpangan. Kita berharap kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi. Karena daging sapi ini masih kurang," tutur Buwas.
(ara/ara)