Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengambil keputusan untuk melarang ekspor minyak sawit ke luar negeri. Keputusan ini mengundang banyak reaksi, termasuk pihak asing yang khawatir dengan efek domino akibat kebijakan ini.
Bulan Februari lalu, harga minyak nabati mencatatkan rekor kenaikan akibat anjloknya suplai minyak bunga matahari di Kawasan Laut Hitam.
Menurut pengusaha yang berbasis di Mumbai, kenaikan harga ini meningkatkan kebutuhan produksi para penyuling minyak. Mereka menahan persediaan yang lebih rendah dari biasanya sebagai antisipasi penurunan harga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konsumen minyak nabati global tidak punya opsi lain selain menambah ongkos untuk mendapatkan pasokan akibat kebijakan yang diberlakukan Indonesia. Hal ini juga memaksa negara importir untuk mencari alternatif lain yang sebelumnya sudah terbatas akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Pengamat industri memprediksi jika kebijakan larangan ekspor dari Indonesia akan berpengaruh terhadap naiknya semua harga minyak nabati, termasuk minyak kedelai, minyak bunga matahari, dan minyak lobak. Hal tersebut juga berdampak pada kekhawatiran konsumen atas kemungkinan naiknya harga bahan bakar dan harga makanan di kawasan Asia dan Afrika.
"Keputusan Indonesia (membatasi ekspor) berdampak tak hanya kepada ketersediaan minyak sawit, tetapi juga ketersediaan minyak nabati di seluruh dunia," kata James Fry, Direktur LMC Internasional.
Simak Video 'Minyak Goreng Langka, Korupsi Ekspor CPO, dan Larangan Jokowi':