Warga Desa Serbu Kota Usai Lebaran, Pemerintah Harus Gimana?

Warga Desa Serbu Kota Usai Lebaran, Pemerintah Harus Gimana?

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 06 Mei 2022 08:00 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Pemerintah perlu mengantisipasi ledakan urbanisasi pascalebaran. Sebab, diperkirakan jumlah warga desa yang akan mencoba mengadu nasib di kota-kota besar akan meningkat. Apalagi pemerintah telah melonggarkan kegiatan masyarakat dan pemulihan ekonomi sedang berlangsung.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, menjelaskan bahwa saat virus Corona (COVID-19) merebak sebagian warga urban pulang ke kampung halamannya, terutama mereka yang bekerja di sektor informal, pelaku UMKM dan sebagainya.

Kemudian di sektor formal juga banyak orang yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), baik karena perusahaannya tutup, mengalami penurunan omzet dan pengurangan jam kerja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka banyak kembali ke desa dan kita lihat banyak yang justru di fenomena kemarin (saat COVID-19 merebak) banyak yang mereka bekerja di sektor pertanian. Jadi itu fenomena yang memang terjadi," katanya kepada detikcom, Kamis (5/5/2022).

Dia menjelaskan, pada saat pandemi, penyerapan tenaga kerja yang bertambah adalah di sektor pertanian karena sektor tersebut menjadi bumper. Tetapi setelah pandemi mereda mereka kembali ke kota untuk bekerja di sektor perdagangan, jasa maupun sektor industri.

ADVERTISEMENT

"Nah ketika di 2021 saya lihat datanya sudah mulai kembali lagi begitu, mereka mulai katakanlah bekerja ke sektor-sektor yang dulu mereka bekerja, terutama di sektor perdagangan, sektor industri," sebut Tauhid.

Menurutnya urbanisasi akan semakin besar karena pemerintah mulai melonggarkan pembatasan fisik atau pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), serta terjadinya pemulihan ekonomi.

"Saya kira ini yang melihat urbanisasi akan semakin besar. Yang pertama ya, pembatasan fisik itu sudah mulai hilang. Jadi keramaian sudah ada, UMKM bisa lagi berusaha begitu, ditandai oleh apa? ya tadi pusat-pusat perbelanjaan sudah mulai ramai ya, dan sebagainya, sudah mulai ramai lagi kan," tuturnya.

"Yang kedua mulai muncul lowongan pekerjaan dan sebagainya sehingga mereka akan kembali ke wilayah perkotaan," sambung Tauhid.

Jadi, dia menambahkan, dua faktor itu akan menarik terjadinya urbanisasi karena sektor informal dan jasa sudah mulai bergeliat setelah PPKM dilonggarkan, maupun adanya kebutuhan akan tenaga kerja karena perusahaan sudah mulai pulih.

Untung dan rugi ledakan urbanisasi di halaman selanjutnya.

Tauhid menjelaskan urbanisasi akan membuka peluang bagi orang-orang yang melakukan urbanisasi untuk mencari kehidupan yang lebih baik, dengan catatan mendapatkan pekerjaan yang layak.

Kemudian, suplai tenaga kerja akan meningkat cukup banyak sehingga pengusaha bisa mendapatkan pekerja dengan upah lebih rendah.

"Karena suplai (tenaga kerja) kan banyak datang ke kota ini, yang penting mereka dapat kerja kan. Mereka berani menawar dengan harga yang lebih rendah karena suplai tenaga kerjanya lumayan banyak," sebut Tauhid.

Dampak positif lainnya dirasakan oleh daerah-daerah yang menerima kaum urban, yakni berupa peningkatan ekonomi secara umum. Sebab, bertambahnya jumlah penduduk di satu wilayah akan meningkatkan konsumsi masyarakat sehingga berimplikasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tentu saja akan ada dampak negatif yang terjadi dari urbanisasi. Jika urbanisasi tidak tertata dengan baik akan berpotensi menimbulkan masalah sosial, misalnya saja standar hidup di bawah rata-rata karena kaum urban masih berusaha bertahan hidup seadanya.

Apalagi jika pendatang dari desa tidak memiliki skill atau kemampuan sehingga mereka tidak terserap di pasar kerja.

"Ya kalau mereka tidak tertampung di dunia pekerjaan, ya mereka akan menjadi pengangguran baru kalau misalnya mereka tidak jelas arah mau ke mana atau kerja di mana, atau hanya katakanlah coba-coba (merantau), saya kira itu dampak negatif urbanisasi," papar Tauhid.

Dampak negatif juga dialami oleh daerah yang ditinggalkan warganya, di mana akan terjadi kesenjangan dengan daerah yang menerima kedatangan pendatang.

"Biasanya daerah-daerah urban itu ekonominya jauh lebih cepat dibandingkan desa karena desa yang ditinggalkan kehilangan orang. Kemudian yang kedua adalah dari sisi ekonomi pasti daerah kota cenderung lebih tinggi karena semakin banyak orang, konsumsi semakin tinggi, ekonomi berkembang. Tetapi daerah-daerah yang ditinggalkan akan ketinggalan orang sehingga ekonomi juga akan berkurang karena konsumsi berkurang," tambahnya.

Pemerintah harus apa? Baca di halaman selanjutnya.

Urbanisasi diperkirakan akan marak terjadi pascalebaran. Pemerintah perlu melakukan beberapa hal untuk membendung banjirnya pergerakan warga desa ke kota-kota besar.

Kuncinya adalah menyediakan lapangan pekerjaan di desa-desa untuk menyerap sumber daya manusia (SDM) yang ada di sana. Oleh karena itu perlu adanya investasi yang masuk ke desa.

"Yang saya kira penting, pertama adalah tentu saja bagaimana di daerah-daerah mereka asalnya itu katakanlah ada investasi masuk ke daerah-daerah asal mereka, apakah untuk sektor pertanian, industri berbasis perdesaan atau pariwisata dan sebagainya sehingga mereka tidak perlu lagi keluar dari daerahnya," katanya.

"Jadi mereka pokoknya ada pekerjaan lah di situ sehingga nggak perlu keluar, tenaganya terserap," sambung Tauhid.

Kemudian yang kedua perlu adanya peningkatan kapasitas SDM atau kemampuan yang sesuai kebutuhan untuk daerahnya.

"Misalnya di desa-desa kalau bisa SDM-nya mereka dibangun untuk pertanian atau apapun sehingga mereka tidak perlu katakanlah pindah ke tempat lain," terangnya.

Ketiga, yang tidak kalah pentingnya adalah pembangunan infrastruktur, mulai dari pendidikan hingga kesehatan sehingga tidak ada perbedaan antara fasilitas di desa dan di kota. Dengan demikian kota tidak lagi menjadi daya tarik masyarakat desa.

"Tentu saja daerah-daerah asal mereka harus dibangun infrastruktur yang memadai apakah untuk pendidikan, kesehatan, dan sebagainya," tambahnya.


Hide Ads