Bye-bye Kereta Impor Bekas! Commuter Line Mulai Pakai yang Lokal di 2024

Bye-bye Kereta Impor Bekas! Commuter Line Mulai Pakai yang Lokal di 2024

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 10 Mei 2022 07:31 WIB
Syarat Naik KRL PPKM Terbaru, Jangan Sampai Salah Ya!
Foto: Andhika Prasetia
Jakarta -

PT Kereta Api Indonesia (KAI) ingin menekan penggunaan kereta impor pada operasional KRL Commuter Line. KAI memesan 16 rangkaian gerbong kereta atau trainset langsung pada PT Industri Kereta Api (INKA) yang punya pabrik di Madiun.

Satu rangkaian kereta terdiri dari 12 gerbong kereta. Nantinya, kereta-kereta ini bakal dioperasikan oleh PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) yang merupakan anak usaha KAI.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan dengan memasok kereta untuk KCI, INKA dapat memenuhi kebutuhan kereta api di dalam negeri dengan produk lokal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama ini, menurutnya kereta commuter line yang dioperasikan oleh KCI seluruhnya diimpor. Dengan adanya kereta pabrikan INKA penggunaan produk impor diharapkan bisa ditekan.

"Harapannya produksi harus bertahap dari Indonesia. Sekarang banyak sekali trainset yang diimpor, tentunya INKA sebagai BUMN yang fokus di situ harus jadi champion untuk produksi dalam negeri dan tingkatkan local content," kata pria yang akrab disapa Tiko itu ditemui wartawan di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Senin (9/5/2022).

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo menjelaskan selama ini jumlah impor gerbong kereta api untuk layanan commuter line cukup besar. Dia mengatakan sudah ada sekitar 1.100 unit kereta yang diimpor, dan semuanya adalah kereta bekas.

Kali ini pihaknya ingin memiliki kereta yang baru dan diproduksi dalam negeri bukan impor dari negara lain.

"Selama ini kita impor kereta bekas, jumlahnya sudah lebih dari 1100 unit. Sekarang kita mau buat sarana kereta listrik baru, sinergi dua BUMN PT INKA dan PT KAI dan dijalankan PT KCI," ujar Didiek.

Rencananya, pengadaan kereta baru dari INKA ini akan dilakukan pada tahun 2024. Di awal 2024 kereta-kereta baru dari INKA bakal wira-wiri di Jabodetabek menggantikan armada KRL Commuter Line yang lama.

"Nanti 2024 awal, targetnya bisa dikirim dan operasi gantikan trainset KRL yang mungkin bapak ibu naikin setiap hari itu dengan produk INKA," kata Direktur Utama INKA Budi Noviantoro.

KAI mengakui harga kereta INKA akan lebih mahal daripada kereta bekas impor, berapa harganya?

Lanjut ke halaman berikutnya

Didiek mengatakan sejauh ini belum ada angka pasti berapa total harga dari belasan rangkaian gerbong kereta yang dipesan dari INKA. Hanya saja, menurutnya memang gerbong kereta pabrikan INKA harganya akan lebih mahal daripada kereta bekas yang diimpor.

"Kalau cost ini masih terlalu dini. Ini masih MOU. Nanti tahapan kita perdalam detailnya akan diberikan dari sisi KCI. Tapi perhitungan ini sesuai dengan arahan Presiden yang mau transportasi efisien dan ramah lingkungan," ungkap Didiek.

"Kalau harganya tentunya mahalan yang paling baru (daripada kereta bekas impor)," katanya.

Di sisi lain, Tiko menyatakan saat ini bukan harga beli gerbong keretanya yang penting. Namun kualitas dari keretanya yang jadi perhatian utama.

Kereta baru pabrikan dari INKA diharapkan memiliki kualitas lebih baik, umur pakai yang lebih lama, dan juga biaya perawatan yang lebih murah. Dengan begitu biaya yang dikeluarkan KAI akan lebih efisien dibandingkan bolak balik membeli kereta bekas impor.

"Kita melihat ini total ownership bukan harganya, kan kereta dibeli sekali dipakai puluhan tahun. Nah makanya kualitas harus bagus, karena masa pakai dan maintenance akan lebih murah," ungkap Tiko.

"Jadi bukan masalah harga, kalau harga beli barang bekas jelas lebih murah tapi cost ke depannya ini yang akan dilihat," tambahnya.

Budi Noviantoro menambahkan sejauh ini KAI akan melakukan pembelian secara tunai untuk 16 rangkaian gerbong kereta yang dipesan.

"Skema sudah ada segala macam, terakhir memang beli putus. KAI akan pinjam ke perbankan kemudian beli putus," ungkap Budi.

Dia bilang sempat ada opsi leasing atau menyewa, hanya saja opsi tersebut dirasa akan sulit dilakukan. Khususnya bila bicara masalah kepemilikan aset.

"Beberapa skema sudah ada, ada leasing dan segala macam. Cuma kalau leasing nanti problem di ownership-nya. Kalau leasing aset segala macam malah repot maka diputuskan beli putus," jelas Budi.



Simak Video "Video: Kisah Masinis KRL, Pahlawan Antar-Jemput Jutaan Orang Tiap Hari"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads