Ogah Impor Minyak dari Rusia, Uni Eropa Lirik Timur Tengah

Ogah Impor Minyak dari Rusia, Uni Eropa Lirik Timur Tengah

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 10 Mei 2022 08:30 WIB
Para Pemimpin Eropa Waspadai Dampak Embargo Minyak dan Gas Rusia
Foto: DW (News)
Jakarta -

Uni Eropa mencoba untuk menghentikan impor minyak dari Rusia, sebagai sanksi perang yang saat ini terjadi. Namun, larangan itu berpotensi mengurangi pasokan minyak di UE hingga jutaan barel per hari.

Mengutip dari CNN, Selasa (10/5/2022) Badan Energi Internasional mengatakan potensi larangan UE untuk mengimpor minyak dari Rusia dapat menyebabkan kekurangan 2,2 juta barel per hari (bph) minyak mentah dan 1,2 juta bph produk minyak bumi.

Untuk mengantisipasi kekurangan, sebenarnya UE bisa beralih untuk membeli minyak ke negara-negara di Timur Tengah. Sejumlah negara di sana disebut menjadi produsen besar minyak di dunia, hampir setengah dari cadangan minyak dunia ada di Timur Tengah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, ada kendala negara-negara di Timur Tengah yang masih diragukan untuk mengisi pasokan minyak di UE. Kendala itu di antaranya, kurangnya investasi di bidang infrastruktur, banyak konflik, aliansi politik, dan sanksi. Itulah alasan kawasan itu mungkin tidak dapat menyelamatkan Eropa.

Adapun negara-negara Timur Tengah yang memiliki cadangan minyak bumi yang cukup banyak. Pertama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

ADVERTISEMENT

Kedua negara itu memiliki bagian terbesar dari kapasitas cadangan dari negara yang tergabung di OPEC yang tersedia. Produksinya tercatat sekitar 2,5 juta barel per hari

Kemudian ada Irak, CEO dan kepala penelitian minyak di CMarkits di London Yousef Alshammari mengatakan Irak dapat memompa ekstra 660.000 barel per hari.

Saat ini memproduksinya sekitar 4,34 juta barel per hari, dan memiliki kapasitas produksi maksimum 5 juta. Namun, Irak juga kekurangan infrastruktur untuk meningkatkan produksi dan investasi dalam proyek-proyek minyak. Jadi dapat memakan waktu bertahun-tahun sebelum hasilnya diperoleh.

Ketiga, Libya. Produksi minyak Libya sering mengalami gangguan akibat ketegangan politik yang berkelanjutan.

Pada akhir April, National Oil Corporation (NOC) mengatakan negara itu kehilangan lebih dari 550.000 barel per hari dalam produksi minyak dari pemblokiran ladang minyak utama dan terminal ekspor oleh kelompok-kelompok yang tidak puas secara politik. Bahkan, satu kilang mengalami kerusakan setelah bentrokan bersenjata.

Keempat Iran. Negara ini dapat berkontribusi hingga 1,2 juta barel per hari. Perusahaan data Kpler memperkirakan bahwa Iran memiliki 100 juta barel dalam penyimpanan terapung pada pertengahan Februari, yang berarti dapat menambah 1 juta barel per hari, atau 1% dari pasokan global, selama sekitar tiga bulan.




(zlf/zlf)

Hide Ads