Petani Sawit 'Berdarah-darah', Hari Ini Gelar Demo Besar-besaran

Petani Sawit 'Berdarah-darah', Hari Ini Gelar Demo Besar-besaran

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 17 Mei 2022 05:45 WIB
Workers load palm oil fresh fruit bunches to be transported from the collector site to CPO factories in Pekanbaru, Riau province, Indonesia, April 27, 2022. REUTERS/Willy Kurniawan
Ilustrasi Pekerja Kelapa Sawit/Foto: REUTERS/WILLY KURNIAWAN
Jakarta -

Petani kelapa sawit mengeluh tangki tandan buah segar (TBS) di pabrik kelapa sawit (PKS) sudah terisi penuh. Melimpahnya pasokan TBS juga menyebabkan harga jatuh.

Menurut petani, keluhan itu diakibatkan larangan ekspor bahan baku minyak goreng salah satunya CPO yang ditetapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada April 2022 lalu.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia Setiyono mengatakan saat ini PKS sudah tidak menerima TBS dari petani lagi. Apalagi, banyak PKS yang memiliki kebun sendiri, mereka cenderung mengutamakan kebunnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka sudah tidak terima TBS lagi dari petani karena sudah penuh," kata Setiyono kepada detikcom, Senin (16/5/2022).

Melimpahnya pasokan TBS juga menjatuhkan harga kelapa sawit. Saat ini untuk petani swadaya sekitar Rp 1.800 hingga Rp 2.000 per kilo TBS.

ADVERTISEMENT

"Untuk yang swadaya ini sudah kewalahan harganya. Kalau yang masuk kemitraan, di Riau saat ini Rp 2.900/kilo. Anjlok, gimana orang dari Rp 4.000/kilo jadi Rp 2.900/kilo," ujarnya.

Buntut dari berdarah-darahnya keadaan petani kelapa sawit saat ini, petani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menggalang aksi keprihatinan petani sawit dari 22 provinsi.

Aksi dilakukan serentak pada 17 Mei mulai pukul 09.00-12.00 WIB. Ketua Umum Apkasindo Gulat ME Manurung mengatakan aksi ini dilakukan untuk menyikapi Larangan Ekspor Minyak Goreng dan CPO yang berdampak langsung kepada anjloknya harga TBS (tandan buah segar) kelapa sawit, terkhusus sentra perkebunan kelapa sawit.

"Jakarta akan menjadi sentra utama Aksi Keprihatinan Petani Sawit Indonesia yang diadakan pada 17 Mei 2022 di Kantor Kemenko Perekonomian dan Patung Kuda Monas, selanjutnya kami akan ke Istana Presiden bertemu Pak Jokowi untuk menyampaikan usulan kami," kata Gulat dalam keterangan resminya.

Lihat juga video 'Jokowi: Saya Minta Kesadaran Industri Minyak Sawit Penuhi Kebutuhan Negeri!':

[Gambas:Video 20detik]



Berlanjut ke halaman berikutnya.

Dia juga mengatakan sekitar 250 petani yang akan terlibat dalam aksi ini. Mereka merupakan anggota dai Apkasindo dari 22 Provinsi dan 146 kabupaten/kota.

Dalam aksi tersebut, para petani akan menyampaikan lima pesan kepada pemerintah. Pertama, menyampaikan aspirasi kepada Presiden Joko Widodo supaya melindungi 16 juta petani sebagai dampak turunnya harga TBS sawit sebesar 70% di 22 provinsi sawit.

Kedua, Meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau ulang kebijakan larangan ekspor sawit dan produk MGS serta bahan bakunya karena dampaknya langsung ke harga TBS sawit.

Ketiga, meminta Presiden Joko Widodo tidak hanya mensubsidi MGS curah, tapi juga MGS Kemasan Sederhana (MGS Gotong Royong). Dan untuk menjaga jangan sampai gagal, kami meminta memperkokoh Jaringan distribusi minyak goreng sawit terkhusus yang bersubsidi dengan melibatkan aparat TNI-Polri.

Keempat, dengan segera pemerintah membuat regulasi yang mempertegas PKS dan Pabrik MGS harus 30% dikelola oleh Koperasi untuk kebutuhan domestik, biar urusan ekspor di urus oleh Perusahaan besar, sehingga kejadian saat ini (kelangkaan MGS) tidak bersifat musiman (tidak terulang lagi).

Kelima, meminta Presiden Joko Widodo untuk memerintahkan Menteri Pertanian supaya merevisi Permentan 01/2018 tentang Tataniaga TBS (Penetapan Harga TBS), karena harga TBS yang diatur di Permentan 01 tersebut hanya ditujukan kepada petani yang bermitra dengan perusahaan. Padahal petani bermitra dengan perusahaan hanya 7% dari total luas perkebunan sawit rakyat (6,72 juta ha).


Hide Ads