China telah mengeluarkan sederet data ekonominya setelah masih dilanda pandemi COVID-19. Hasilnya sungguh mengecewakan.
Melansir CNBC, Senin (16/5/2022), China melaporkan penurunan penjualan ritel dan produksi industri pada bulan April. Hasilnya bahkan jauh lebih buruk dari yang diperkirakan para analis.
Tercatat pada April 2022, penjualan ritel China turun 11,1% dari tahun lalu. Angka itu turun lebih besar dari prediksi para analis yang memperkirakan penurunan 6,1%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu data produksi industri turun 2,9% di bulan April dari tahun sebelumnya. Juga jauh lebih parah dari perkiraan para analis yang memprediksi ada peningkatan 0,4%.
Ekonomi China memang diperparah dengan adanya penyebaran kasus COVID-19 yang masih tinggi, terutama di Shanghai. Kondisi itu memaksa banyak pabrik untuk tutup atau beroperasi dengan kapasitas terbatas.
"Lingkungan internasional yang semakin suram, kompleks dan guncangan yang lebih besar dari pandemi COVID-19 di dalam negeri jelas melebihi ekspektasi, tekanan baru ke bawah pada ekonomi terus tumbuh," kata biro statistik China dalam sebuah pernyataan.
Sementara untuk angka investasi aset masih tetap selama empat bulan pertama tahun ini, yakni naik 6,8% dari tahun lalu. Angka itu sedikit meleset dari ekspektasi pertumbuhan 7%.
Lalu data investasi investasi di real estat turun 2,7%, sedangkan di manufaktur naik 12,2% dan di infrastruktur naik 6,5%.
Sementara produksi mobil penumpang China turun 41,1% tahun-ke-tahun di bulan April, menurut Asosiasi Mobil Penumpang China.
Sektor otomotif di China menyumbang sekitar seperenam dari lapangan pekerjaan dan sekitar 10% dari penjualan ritel. Parahnya lagi, tingkat pengangguran di 31 kota terbesar di China naik ke level tertinggi yakni 6,7% pada April 2022.
Tingkat pengangguran di seluruh kota naik 0,3 poin dari Maret menjadi 6,1% di April. Tingkat pengangguran di antara mereka yang berusia 16 hingga 24 tahun hampir tiga kali lebih tinggi yaitu 18,2%.
(das/hns)