Buset! Duit Bos Besar Shopee 'Menguap' Rp 253 T Gara-gara Ini

Buset! Duit Bos Besar Shopee 'Menguap' Rp 253 T Gara-gara Ini

Kholida Qothrunnada - detikFinance
Rabu, 18 Mei 2022 12:16 WIB
Forrest Li
Forrest Li/Foto: Forbes
Jakarta -

CEO SEA Ltd, perusahaan induk Shopee dan Garena, Forrest Li, beberapa bulan yang lalu pernah menyandang predikat orang terkaya di Singapura. Tahun lalu, Bloomberg Billionaires Index mencatatkan harta Forrest Li sebesar US$ 22 miliar atau setara Rp 321 triliun (kurs Rp 14.600).

Namun, kini dirinya telah kehilangan lebih dari 80% kekayaannya. Berdasarkan Bloomberg Billionaires Index, sekarang kekayaan Forrest Li tinggal US$ 4,7 miliar atau setara Rp 68 triliun.

Artinya, kekayaannya menyusut sebesar Rp 253 triliun. Atas hal itu, kini Forrest Li tidak lagi termasuk dalam 500 orang terkaya di dunia. Anjloknya kekayaan Forrest Li, disinyalir dari dampak turunnya harga saham SEA di bursa saham Amerika Serikat (AS).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun ini, kapitalisasi pasar perusahaan hilang sebesar US$ 1 triliun. Demikian dikutip dari laman berita lokal Singapura, The Independent, pada Rabu (18/5/2022).

Hal itu terjadi, dimulai akibat aksi jual teknologi serta penutupan operasi e-commerce Shopee utamanya di India. Ditambah juga, dengan laporan keuangan perusahaan yang mengecewakan.

ADVERTISEMENT

Sea Ltd, Sea Money, dan Garena, dianggap sebagai perusahaan teknologi paling berharga di Asia Tenggara. Perusahaan itu terkenal dengan bisnis e-commerce, game online, dan pembayaran digital.

Perusahaan itu tercatat memiliki 33.000 karyawan di global. Diketahui, Li juga pemilik Lion City Sailors FC. Seperti perusahaan teknologi lainnya yang melambung tinggi saat pandemi COVID-19, Sea kini juga menghadapi kesulitan akibat kenaikan suku bunga serta ketegangan akibat perang Rusia dan Ukraina.

Direktur Pelaksana di Blue Lotus Capital, sebuah perusahaan riset ekuitas independen di Hong Kong, Shawn Yang, mengatakan Sea akan dihadapkan dengan peningkatan tantangan si tahun 2022. "Sea akan melihat tantangan yang meningkat pada tahun 2022," ujarnya.

Pada Maret lalu, Li juga mengatakan kepada karyawannya bahwa jatuhnya penilaian Sea merupakan penderitaan jangka pendek.

"Jatuhnya penilaian Sea adalah penderitaan jangka pendek, yang harus kita tanggung untuk benar-benar memaksimalkan potensi jangka panjang kita," kata Li kepada Bloomberg.

(fdl/fdl)

Hide Ads