Jakarta -
Layanan tes swab yang dulu ramai pengunjung dengan harga setinggi langit kini berangsur-angsur redup bahkan terjepit. Hal ini terjadi karena angka penurunan kasus COVID-19 kian hari kian menurun ditambah dengan kebijakan pelonggaran syarat perjalanan dan penggunaan masker yang berlaku mulai hari ini, Rabu (18/05/2022).
"Pandemi mulai berkurang, angka kematian mulai menurun, mulai tumbuh optimisme dalam masyarakat. Akhirnya tempat-tempat tes swab mulai kosong," ujar Akademisi dan Praktisi Bisnis, Rhenald Kasali kepada detikcom, Rabu (18/05/2022).
Optimisme itu mendatangkan dua kebijakan baru dari pemerintah, antara lain pelonggaran penggunaan masker di area terbuka dan pelonggaran syarat perjalanan tanpa tes swab, mengakibatkan bisnis tersebut kian surut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Rhenald, bisnis tes swab akan meredup dan berkemungkinan untuk mati. Hal tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di negara-negara lainnya.
Rhenald juga menambahkan bahwa saat ini yang dicari masyarakat bukan semata-mata pengobatan, tetapi sudah sampai di tahap peningkatan imunitas. Pembicaran tentang imun meningkat, dan bagaimana cara imun dapat terpenuhi dan masyarakat mendapat kekebalan.
Rhenald mengatakan bahwa bisnis-bisnis yang terkena gelombang pandemi memang dituntut untuk selalu beradaptasi dengan cepat sehingga ia yakin bisnis tersebut masih bisa berkembang dan berinovasi setelah kondisi pandemi berubah dan kebutuhan layanan kesehatan masih menjadi salah satu yang utama.
"Sebetulnya karakter bisnis setelah pandemi berubah. Semua pelaku usaha harus selalu beradaptasi dengan cepat. Hampir semua yang memiliki usaha masker bukanlah usaha penuh, melainkan usaha sambilan. Mereka melihat peluang dan mendirikan bisnis tambahan, yang biasanya masih terintegrasi dengan peluang usaha lainnya," ujar dia.
Menurutnya, yang perlu disoroti ialah para pegawai dari bisnis tersebut. Di mana para pegawai punya keahlian di bidang tertentu seperti swaber. Pun demikian mereka harus mencari pekerjaan baru lagi.
Dilema tersebut dirasakan oleh salah satu tenaga medis atau swaber di salah satu klinik layanan tes swab di daerah Buncit, Nila. Nila mengatakan bahwa dia baru mendengar kabar mengenai kebijakan baru Jokowi yang telah melonggarkan kewajiban penggunaan masker dan juga syarat perjalanan.
"Di satu sisi bagus sekali ya sekarang kondisinya sudah berangsur membaik. Di sisi lain, kami yang bekerja sebagai swaber perlu memikirkan setelah ini akan bagaimana," ujar Nila.
Nila merupakan salah satu dari sekian banyak tenaga medis yang dikontrak khusus untuk menjadi swaber dan tidak terikat sebagai pegawai rumah sakit.
"Kalo rekan saya ini dia lulusan keperawatan dan sudah menjadi pegawai rumah sakit JMC. Sedangkan saya lulusan SMK dan ditarik untuk membantu di klinik sebagai tenaga kesehatan," ujar dia.
Para tenaga medis yang hanya terikat kontrak sementara perlu mendapat sorotan juga dukungan, mengingat mereka lah yang sebenarnya terkena dampak paling besar dari perubahan kondisi pandemi menuju endemi ini.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Sepi Pengunjung
Terpantau oleh detikcom, Rabu (18/05/2022), tempat-tempat layanan tes swab di sepanjang jalan di kawasan Buncit sepi pengunjung.
"Dulu ketika ramai-ramainya sehari bisa mencapai 100 orang bahkan lebih. Kalau sekarang sehari hanya sekitar 30 orang," ujar laily, salah seorang tenaga medis di Klinik Pratama Kirana Medika
Laily menambahkan bahwa rata-rata orang datang untuk melakukan swab atas dasar keperluan administrasi, sudah jarang sekali orang yang tes karena sakit.
"Sekarang sudah mulai sepi lagi. Dulu sebelum puasa memang sudah turun, ketika puasa juga masih sepi. Ramai itu ketika menjelang lebaran, orang-orang mau berpergian, sepi lagi setelah itu. Dan ramainya di minggu-minggu masuk kantor karena kebutuhan masuk kantor itu," ujar dia.
Pemandangan serupa juga terlihat di klinik lain yang khusus melayani tes swab di kawasan Buncit.
"Penurunan itu pasti, karena dulu kan membludak sekali ya kasusnya. Dulunya bisa sampai 100 orang, sekarang kurang lebih berkurang 50% ya jadi sekitar 40-50 orang per hari. Tapi sebenarnya tidak menentu juga," ujar Nisa, tenaga administrasi di klinik tersebut.
Nisa menambahkan bahwa meskipun mengalami penurunan, masih ada saja orang yang datang ke kliniknya. Kebutuhan masyarakat terhadap swab tidak menentu sehingga jumlah pelanggan per harinya naik turun.
"Seperti ketika lebaran kemarin, jumlah pengunjung membludak hingga 100 orang lebih. Masih banyak orang yang butuh untuk perjalanan dan keperluan kantor. Masih ada juga yang butuh untuk periksa kesehatan pribadi," tutur Nisa.
Keluarnya kebijakan tersebut bisa jadi menimbulkan persepsi baru bagi masyarakat bahwa penularan virus corona mulai menurun. Dengan menurunnnya kekhawatiran akan virus corona, kebutuhan masyarakat akan tes swab juga memungkinkan untuk ikut menurun.
Salah seorang rekan kerja Nisa di klinik tersebut, Ardilan mengatakan kepada detikcom (18/05/2022), bahwa sebenarnya sejauh ini kebijakan tersebut lebih kepada pelonggaran penggunaan masker bagi masyarakat, bukan pelonggaran untuk kebijakan swab. Pun masyarakat masih harus menggunakan masker di dalam ruang tertutup.
"Masyarakat kadang salah kaprah terhadap kebijakan. Dulu ketika ada kebijakan soal bebas melakukan perjalanan tanpa swab, mereka kira pun sampai yang belum vaksin juga bebas. Nyatanya di lapangan tetap juga surat swab diperlukan, bebasnya itu hanya berlaku bagi yang sudah booster," ujar dia.
Ardilan juga menambahkan bahwa ini semua kembali lagi kepada kesadaran diri masyarakat akan pentingnya protokol kesehatan.
Di Klinik OMBC pun demikian. Saat ini jumlah pengunjung yang datang untuk melakukan tes swab sudah jauh berkurang dibandingkan dulu.
"Dulu OMDC sampai punya 3 gerai, ini yang utama, kemudian ada di seberang jalan satu, dan dekat polsek satu. Selain gerai utama ini, dua lainnya memang khusus tes swab. Kemudian karena sudah habis kontrak dan sepi juga akhirnya yang dekat polsek ditutup. Gerai utama ini pun sudah tidak terima tes swab dan fokus hanya ke gigi," ujar Anshori, satpam dari Klinik OMDC.
Anshori menambahkan kalau semenjak bulan puasa kemarin, permintaan tes swab di klinik sangat menurun. Bahkan dibandingkan dulu yang bisa mencapai 100 orang, kini pengunjung dapat dihitung dengan jari hingga puluhan orang per hari.
"Akhirnya pelayanan tes swab dialihkan semua ke gerai yang berada di seberang gerai utama ini. Sepi sekali, kadang bisa dihitung jari pengunjungnya. Klinik OMDC tersebut buka dari pukul 2 siang," ujar dia.