Pada awal pandemi, layanan swab tes menjadi salah satu peluang bisnis dengan prospek tinggi. Namun berbeda dengan kondisi saat ini, bisnis layanan tes swab kian meredup.
Di tahun 2020 silam saat awal penyebaran virus corona, WHO menganjurkan untuk mengedepankan tracking dan tracing hingga tes swab dan vaksin menjadi syarat utama bagi masyarakat untuk dapat beraktivitas di ruang publik, hingga akhirnya bisnis layanan tes swab muncul sebagai peluang usaha baru.
"Mula-mula, orang-orang mengambil inisiatif supaya orang diatas tidak perlu melakukan tracking sendiri hingga mencapai jutaan rupiah. Maka bermunculan lah bisnis-bisnis itu dimana-mana dan diketahui ternyata harganya mahal sekali," kata Akademisi dan Praktisi Bisnis Rhenald Kasali kepada detikcom, Rabu (18/05/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pandemi Reda Bisnis Tes Corona Redup! |
Pada awal kemunculannya, tes swab hanya bisa diperoleh dengan harga yang sangat tinggi hingga mencapai jutaan rupiah. Rhenald mengatakan bahwa memang harga tes swab pada kala itu berbeda-beda di setiap penjuru dunia.
"Yang membuat gempar adalah ketika muncul kabar bahwa harga tes PCR di negara seperti India tergolong jauh lebih murah. Jadilah bergejolak di Indonesia sampai harganya diturunkan oleh pemerintah," ujar Rhenald.
Harga tes swab yang semula bisa mencapai jutaan itu berangsur turun mengikuti batas tarif tertinggi PCR yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjadi senilai Rp 275-300 ribu menurut Surat Edaran Nomor HK.02.02/I/4198/2021 pada tahun 2021 silam.
Layanan tes swab yang dulu ramai pengunjung kini berangsur-angsur meredup. Hal ini terjadi karena angka penurunan kasus COVID-19 kian hari kian menurun.
"Pandemi mulai berkurang, angka kematian mulai menurun, mulai tumbuh optimisme dalam masyarakat. Akhirnya tempat-tempat tes swab mulai kosong," ujar Rhenald Kasali kepada detikcom, Rabu (18/05/2022).
Lantas bagaimana prospek bisnis ini di masa depan? Buka halaman selanjutnya.