India Tutup Keran Ekspor, RI Incar Pasokan Gandum Serbia

India Tutup Keran Ekspor, RI Incar Pasokan Gandum Serbia

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 24 Mei 2022 20:52 WIB
Sumber Perekonomian Ukraina Lebih dari Sekadar Gandum
Foto: DW (News)
Jakarta -

Indonesia dan Serbia telah melakukan pertemuan bilateral. Ini Ditandai pertemuan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi dengan Menlu Serbia Nikola Selakovic.

Dalam pertemuan ini, kedua negara siap untuk memperkuat hubungan dengan bekerja sama dalam meningkatkan ketahanan pangan.

"Kami prihatin dengan dampak perang di Ukraina yang akan mempengaruhi ketahanan pangan, khususnya dari sisi harga. Karena itu kami sepakat bekerja sama di sektor perdagangan pangan/pertanian khususnya gandum," kata Retno dikutip dari situs resmi Kementerian Luar Negeri, Selasa (24/5/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan kerja sama ini, salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT Berdikari dan mitra bisnis di Serbia telah siap untuk memfasilitasi pengiriman gandum dari Serbia ke Indonesia.

Menteri Selakovic juga telah bertemu dengan PT Berdikari untuk pembahasan terkait rencana tersebut. Pada 2021 transaksi perdagangan bilateral antara Indonesia dan Serbia mencapai US$ 26,8 juta.

ADVERTISEMENT

Seperti diketahui, salah satu sumber pasokan gandum di Indonesia adalah dari India. Namun, Pemerintah India melarang ekspor gandum sejak Jumat (13/5) malam waktu setempat. Larangan itu dilakukan karena adanya gelombang panas yang berdampak pada pembatasan produksi dan menyebabkan harga gandum melonjak tinggi.

Berdasarkan data BPS, pada 2022 impor gandum dari India mencapai 98,18 juta ton hingga Maret dengan nilai US$ 3,9 juta atau setara Rp 56,55 miliar.

Retno juga menyampaikan pangsa pasar ekspor minyak sawit Indonesia hingga 30%. Dia juga menambahkan dirinya senang dengan Serbia yang berminat untuk merekrut pekerja Indonesia dari sektor konstruksi, perhotelan, makanan dan minuman.

Tak cuma soal gandum, dalam pertemuan ini juga dibahas terkait perdagangan kedua negara sampai investasi.

"Kami juga melihat perlunya komunikasi yang intensif terkait bisnis melalui Kamar Dagang yang ada di Indonesia," jelas dia.

(kil/hns)

Hide Ads