Teror 'Horor' Kalau Sampai Rusia Gagal Bayar Utang

Teror 'Horor' Kalau Sampai Rusia Gagal Bayar Utang

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 26 Mei 2022 06:30 WIB
Ilustrasi bendera Rusia
Bendera Rusia/Foto: Dok. Anadolu Agency

Hal senada diungkap Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet. Dia mengatakan, kepercayaan pada sebuah negara akan turun jika dinyatakan gagal bayar. Dampaknya turunannya pun akan luas.

Dia menuturkan, yang terkena dampak salah satunya ialah orang yang memegang surat utang dari negara itu.

"Kalau seandainya negara lain menempatkan surat utangnya ke negara yang default. Ini akan menjadi masalah kalau instrumen atau dana yang ditempatkan dana misalnya untuk kegiatan pensiun," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, gagal bayar akan memaksa sebuah negara melakukan restrukturisasi. Salah satu bentuknya ialah melakukan pengetatan pada belanja dan memperbesar penerimaan. Penerimaan yang diperbesar akan memberikan dampak ke masyarakat.

"Karena harus menggenjot penerimaan negara maka pemerintah bisa mendorong dengan tarif pajak, dengan tarif yang lebih tinggi," paparnya.

ADVERTISEMENT

Siapa Paling Dirugikan?

Yusuf Rendy Manilet mengatakan, yang paling dirugikan dari gagal bayar utang adalah negara itu sendiri. Sebab, gagal bayar utang membuat ekonomi di negara tersebut berpotensi tidak tumbuh dan berkembang.

"Saya kira turunan turunnya pertumbuhan ekonomi sangat banyak, terutama misalnya kemudian ada berpengaruh ke angka kemiskinan, angka pengangguran itu yang beberapa turunan yang bisa terjadi ketika suatu negara yang terkena default, itu terkoreksi pertumbuhan ekonominya," jelasnya.

Kemudian, yang dirugikan adalah negara yang berhubungan dengan negara yang dinyatakan gagal bayar. Sebab, mereka akan putar otak agar dana yang ditempatkan di negara gagal bayar bisa kembali.

"Akan menjadi semakin besar masalahnya kalau penempatan dana instrumen itu merupakan dana-dana investasi dana pensiun, asuransi itu yang akan menjadi tambahan masalah negara tersebut," jelasnya.

Sementara, Tauhid Ahmad mengatakan, yang paling dirugikan adalah investor yang menempatkan dananya di negara yang gagal bayar. Berikutnya, masyarakat menengah bawah di negara yang gagal bayar, khususnya masyarakat yang selama ini juga mengandalkan anggaran pemerintah.

"Di tengah situasi gagal bayar pasti ada realokasi anggaran untuk membayar pinjaman," ujarnya.

Dunia usaha juga dirugikan dengan situasi ini. Sebab, prospek ekonomi menjadi turun.

Tauhid menambahkan, negara mitra dagang juga tak luput dari dampak sebuah negara gagal bayar.

"Kalau negara luar prinsipnya sama, tapi lebih kepada negara mitra dagang, baik ekspor impor. Kalau negara mitranya gagal bayar, dia bayar impor kita gimana ya," ujarnya.


(acd/eds)

Hide Ads