Top! RI Ekspor Teknologi Pengolahan Sampah ke Brasil

Top! RI Ekspor Teknologi Pengolahan Sampah ke Brasil

Ilyas Fadhillah - detikFinance
Senin, 30 Mei 2022 12:55 WIB
Tumpukan sampah mencemari lokasi proyek tanggul laut raksasa (giant sea wall) di Kalibaru, Cilincing, Jakut (Wildan N/detikcom)
Foto: Tumpukan sampah mencemari lokasi proyek tanggul laut raksasa (giant sea wall) di Kalibaru, Cilincing, Jakut (Wildan N/detikcom)
Jakarta -

Teknologi karbonisasi asal Indonesia dipercaya di mata internasional. Buktinya, teknologi ini untuk pertama kalinya diekspor ke negara Brasil.

Teknologi ini adalah teknologi yang digunakan untuk mengolah sampah menjadi produk yang bernilai. Singkatnya, ini adalah teknologi daur ulang sampah yang ramah lingkungan.

Sampangan Indonesia, meluncurkan teknologi yang diberinama The Magic Box. Magic Box adalah teknologi yang dipatenkan, dirancang, dan diproduksi di Indonesia. Kesempatan ini merupakan peluang emas bagi Sampangan Indonesia untuk membuktikan bahwa teknologi unik dan inovatif, The Magic Box, tidak hanya mampu membantu menyelesaikan masalah sampah di Indonesia, namun juga dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"The Magic Box dapat mengubah semua jenis sampah menjadi produk yang bernilai lebih tinggi yang nantinya dapat diaplikasikan untuk ekonomi sirkular pada semua bidang, terutama bidang pertanian. The Magic Box adalah mesin pengolah sampah yang ramah lingkungan dan tidak menghasilkan emisi karena menggunakan teknologi karbonisasi," ujar CEO Sampangan Indonesia Muhammad Fauzal Rizki, dalam keterangan resminya, Senin (30/5/2022).

Fauzal mengatakan, The Magic Box menggunakan sistem modular yang memiliki kapasitas pengolahan hingga 10 ton sampah per hari dan dapat ditingkatkan dengan mudah tergantung pada volume sampah yang akan diolah. Sistemnya plug and play yang hanya membutuhkan 1-2 minggu pemasangan, juga membutuhkan biaya operasi yang rendah dalam hal tenaga kerja, pemeliharaan, dan listrik.

ADVERTISEMENT

Kisah di balik kesempatan ini terjadi pada tahun 2020 ketika Sampangan terpilih untuk mewakili Indonesia di Accelerate2030, program akselerator terbesar di dunia yang diselenggarakan oleh Impact Hub Jenewa dan UNDP. Selama Accelerate2030, Sampangan mengembangkan kemitraan dengan Solubio Brazil, yang bekerja menuju visi yang sama: untuk mengurangi emisi dan bergerak menuju praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan.

Mengutip dari Methane Global Pledge, "mengurangi emisi metana yang dihasilkan dari pertanian dan limbah merupakan strategi efektif untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5˚C, sekaligus menghasilkan manfaat tambahan termasuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan produktivitas pertanian". Selain itu, pertanian memiliki dampak yang jauh lebih besar dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan ketahanan pangan dibandingkan sektor ekonomi lainnya.

Alasan itulah yang mendorong Sampangan berkolaborasi dengan Solubio untuk mendirikan pilot proyek internasional pertama di Kota Jatai dan Rio Verde, Brasil. The Magic Box akan dipasang di tempat pembuangan sampah pemerintah dan perkebunan untuk mengolah limbah mereka dan mengubahnya menjadi Sampangan Agriculture Solution (karbon aktif, pupuk organik, dan pestisida organik). Sampangan Agriculture Solution berpotensi diterapkan di lahan seluas 2 juta hektar di Solubio yang telah ditanami jagung, kedelai, dan tebu, dengan harapan perlahan menuju lahan pertanian regeneratif.

Menggunakan The Magic Box, limbah pertanian dapat diubah menjadi karbon aktif yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas tanaman, mengurangi penggunaan air hingga 50%, memperbaiki pH tanah, menciptakan habitat alami bagi mikroorganisme dengan jangkauan luas, dan lainnya; asap cair dapat digunakan sebagai pestisida organik, penghilang bau, fungisida, dan herbisida; dan karbon cair adalah pupuk organik. Sampangan bertujuan untuk mempercepat proses menciptakan ekonomi sirkular penuh di bidang pertanian dengan solusi-solusi tersebut.

"Dalam perjalanan menuju masa depan, Sampangan ingin mewujudkan zero waste world, di mana setiap sampah yang kita semua hasilkan diubah kembali menjadi produk ramah lingkungan yang tentunya memiliki nilai, hal ini dapat kita capai dengan inovasi, kolaborasi teknologi, dan model bisnis di tingkat nasional maupun internasional," kata Muhammad Fauzal Rizki.




(zlf/zlf)

Hide Ads