Pemerintah China memutuskan untuk melonggarkan lockdown di Shanghai. Sebagai pusat ekonomi dan perdagangan, kota itu akhirnya bisa sedikit bernafas lega setelah 2 bulan lockdown.
"Ini adalah hari yang kami impikan untuk waktu yang sangat lama. Semua orang telah banyak berkorban. Hari ini telah dimenangkan dengan susah payah dan kita perlu menghargai dan melindunginya, dan menyambut kembali Shanghai yang kita kenal dan rindukan," kata juru bicara pemerintah Shanghai Yin Xin, dikutip dari BBC, Kamis (2/6/2022).
Kebijakan itu berlaku mulai tengah malam waktu setempat, tepatnya hari Selasa lalu. Meski demikian, pemerintah tetap menekankan kebijakan nol kasus untuk kota itu.
Saat ini sekitar 650.000 orang terkonfirmasi masih harus menjalani karantina baik di rumah maupun rumah sakit. Oleh sebab itu, tetap ada aturan yang berlaku saat pelonggaran.
Pertama, setiap orang harus berstatus hijau di masing-masing ponselnya. Hal itu menandakan orang tersebut bebas dari COVID-19. Ketentuan ini berlaku jika ingin keluar rumah.
Kedua, setiap orang yang mau naik angkutan umum, masuk ke bank, hingga mal harus menunjukan hasil tes negatif PCR yang berlaku dalam 72 jam.
Ketiga, masyarakat yang ingin berpergian ke luar Shanghai diperbolehkan. Namun, setelah kembali lagi wajib melakukan karantina selama 14 hari.
Selama pelonggaran ini, tempat umum seperti bioskop, museum, tempat gym masih tetap tutup. Sekolah juga masih harus melakukan belajar dari rumah.
Meskipun masih ada aturan yang harus dipatuhi selama pelonggaran, masyarakat Shanghai menyambut pelonggaran itu dengan suka cita. Sorak-sorai dan suara kegembiraan meningkat ketika jam menunjukkan tengah malam pada hari Selasa, menandakan berakhirnya lockdown.
Sekelompok penduduk Shanghai berkumpul di sudut-sudut jalan, bernyanyi dan bersulang dengan minuman saat mereka menyambut pelonggaran pasca lockdown selama 2 bulan lamanya.
"Kami dikurung terlalu lama. Kami perlu merayakannya. Bukan hanya saya, semua orang Shanghai di sini. Semua hal buruk telah berlalu, jadi besok akan baik-baik saja," kata seorang warga kepada BBC.
"Kami bebas. Saya sangat senang, saya ingin bekerja. Saya ingin bekerja besok," kata warga lainnya.
(dna/dna)