Setelah hampir dua bulan pusat komersial di China lockdown tanpa aktivitas, pihak berwenang di Shanghai akhirnya mengumumkan lockdown akan diperlonggar mulai Rabu pekan ini (01/6/2022).
Pelonggaran dilakukan sebagai upaya untuk mengembalikan aktivitas ekonomi yang lama terhenti imbas lockdown.
Adapun pelonggaran diberikan dengan pertimbangan bahwa angka penularan harian mulai turun. Tercatat, angka penularan harian turun menjadi 122 dari 170 dalam kurun waktu 24 jam pada Minggu (29/5/2022).
Pelonggaran tersebut telah terlihat di ibu kota China, Beijing yang kembali mengoperasikan sistem transportasi umum, dan membuka beberapa pusat perbelanjaan serta tempat-tempat lainnya karena infeksi telah mereda.
"Langkah tersebut akan membuat pembatasan yang tidak masuk akal itu dicabut, sehingga pekerjaan dan produksi di perusahaan dapat beroperasi kembali," ujar Wakil Walikota Wu Qing dalam jumpa pers, dilansir melalui BBC, Selasa (31/05/2022).
Pengumuman mengenai kelonggaran itu disampaikan bersamaan dengan peluncuran 50 butir kebijakan baru yang bertujuan untuk merevitalisasi ekonomi Shanghai, yang bernilai lebih dari US$600 miliar (setara dengan Rp 8.744 triliun) sebelum lockdown diberlakukan.
50 butir kebijakan tersebut berisi ketetapan-ketetapan baru seperti mengurangi beberapa pajak untuk pembeli mobil, mempercepat penerbitan obligasi pemerintah daerah, dan mempercepat persetujuan proyek pembangunan. Tidak hanya itu, pemerintah juga memberikan bantuan tambahan bagi pelaku usaha yang memungkinkan perusahaan untuk menunda pembayaran asuransi dan sewa, serta subsidi untuk biaya utilitas.
Pemerintah China juga akan meminta Bank untuk memperbarui sistem pinjaman bagi usaha kecil dan menengah dengan total US$15 miliar tahun ini. Pada saat yang sama, voucher juga akan dibagikan untuk membantu mendukung pengusaha ritel dan platform e-commerce, terutama untuk bisnis di industri budaya, pariwisata, dan kebugaran.
Meskipun demikian, kelumpuhan akibat lockdown di China masih terlihat di beberapa kota di luar Beijing. Hal ini dikarenakan China membutuhkan satu-satunya kota terbesarnya itu, sekaligus penyumbang terbesar kedua bagi pertumbuhan ekonominya untuk maju sehingga dalam implementasi kebijakan itu Beijing lebih didahulukan.
Pelonggaran pembatasan tersebut kemungkinan akan dilakukan secara bertahap. Di sisi lain, masih perlu diingat juga bahwa Partai Komunis yang berkuasa di negara tersebut tetap berkomitmen untuk 'zero COVID' atau memberlakukan lockdown ketat.
Simak Video "Lockdown China Diprediksi Akan Mengacaukan Rantai Pasokan Apple"
[Gambas:Video 20detik]
(ang/ang)