CEO bank terbesar di Amerika Serikat (AS) memperkirakan ada US$ 2 triliun tabungan yang disimpan warganya selama penghematan masa pandemi. Dana tersebut dapat menggerakkan roda ekonomi meski badai inflasi mengancam. Tetapi bagaimana jika dana tersebut mulai menyusut?
Menurut CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon, konsumen di AS harus mempertahankan pola pengeluaran sehat selama enam hingga sembilan bulan ke depan. Adanya stimulus fiskal di kantong para konsumen membuat mereka berbelanja pada tingkat yang sangat intens.
Tetapi, Dimon menuturkan jika hal itu mungkin tidak cukup mencegah badai ekonomi ketika bank sentral menarik bantuan dan perang di Ukraina terus berkecamuk.
"Saat ini lumayan cerah, semuanya baik-baik saja," kata Dimon, dikutip dari CNN, Jumat (3/6/2022). Namun menurutnya badai ekonomi mulai menghampiri, meskipun ia tidak menyebut apakah itu badai kecil atau badai ekstrim.
Selama ini tabungan menjadi senjata rahasia dalam pemulihan pandemi COVID-19. Jumlah simpanan warga AS mencapai level tertinggi sepanjang masa, yaitu 33,8% di bulan April 2020. Angka ini naik empat kali lipat dibanding bulan Februari.
Kebijakan lockdown COVID-19 membuat pengeluaran warga AS menjadi terbatas. Di waktu yang sama, orang-orang khawatir kehilangan pekerjaan mereka sehingga mulai melakukan penghematan. Namun saat situasi kembali normal, terjadilah ledakan belanja besar-besaran.
Naiknya harga makanan dan bahan bakar tidak menghentikan rumah tangga AS untuk mengeluarkan uang mereka. Departemen Perdagangan AS menunjukkan angka penjualan ritel di bulan April naik 0,9% dari bulan sebelumnya, lebih tinggi 8,2% dibanding April tahun lalu.
Masalahnya tabungan itu kini mulai berkurang seiring dengan naiknya jumlah tagihan. Tabungan yang dapat dibelanjakan turun menjadi 4,4% pada April 2022, mencapai level terendahnya sejak 2008. Kondisi ini diperburuk dengan semakin tingginya inflasi.
Masyarakat AS mulai beralih ke kredit demi mengimbangi biaya pengeluaran yang tinggi. Hasil laporan Bank of America menunjukkan kenaikan sebesar 22% di bulan April.
Nah pertanyaannya, berapa lama tabungan warga AS mampu menopang perekonomian saat tekanan mulai meningkat? Jawabannya dapat menentukan apakah AS bakal resesi tahun depan, sebagaimana yang diprediksi para ekonom.
Dimon berpendapat bahwa tidak semuanya akan menjadi malapetaka dan kesuraman. Dirinya optimis dalam menghadapi ketidakpastian, meskipun pernyataannya tidak menunjukkan rasa optimisme. "Saya pikir wajar untuk berharap bahwa kita akan berakhir baik-baik saja. Saya harap itu," pungkasnya.
Simak Video "Video Ketua MPR soal Rupiah Nyaris Rp 17 Ribu Per USD: Momentum Tingkatkan Ekspor"
(zlf/zlf)