Tingkat inflasi tahunan Turki mencapai 73,5% pada Mei 2022. Angka itu menjadi yang tertinggi dalam 24 tahun atau sejak 1998.
Mengutip Reuters, Sabtu (4/6/2022), inflasi sebesar itu dipicu oleh perang di Ukraina, kenaikan harga energi, dan jatuhnya mata uang Turki, lira.
Kendati inflasi Mei 2022 secara tahunan itu melejit, namun besarannya ternyata berada di bawah perkiraan yang sebesar 76,6%. Menurut Institut Statistik Turki (TUIK), kenaikan harga tahunan paling tajam terjadi sektor transportasi sebesar 108%, diikuti oleh harga makanan 92%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara secara bulanan atau month to month (mtm), harga konsumen mengalami kenaikan 2,98%. Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan jajak pendapat Reuters, yakni sebesar 4,8%.
Selain itu, Lira melemah 0,25% menjadi 16,5050 terhadap dolar menyentuh level terlemahnya sejak Desember. Lira jatuh 44% pada tahun 2021 dan 20% lainnya tahun ini. Para ekonom melihat inflasi di Turki tetap akan tinggi untuk sisa 2022 dan mengakhiri inflasi di tahun ini sebesar 63%.
"Tidak mungkin bagi Turki, yang telah melampaui aturan doktrin ekonomi, untuk memecahkan masalah utama inflasi tinggi dengan kebijakannya saat ini," kata ekonom Arda Tunca, kolumnis di PolitikYol.
Ekonom juga mempertanyakan keandalan angka TUIK terkait inflasi ini. Dari jajak pendapat menunjukkan orang Turki percaya inflasi jauh lebih tinggi daripada data resmi TUIK.
"Membangun struktur TUIK yang independen dari pemerintah sama pentingnya dengan independensi bank sentral. Produksi data yang akurat dan andal adalah prasyarat pertama dan terpenting untuk menerapkan kebijakan yang benar," kata ekonom Mahfi Egilmez.
(fdl/fdl)