Siap-Siap, Efek Endemi Bagi Startup Angkatan Pandemi

Siap-Siap, Efek Endemi Bagi Startup Angkatan Pandemi

Edward F. Kusuma - detikFinance
Senin, 06 Jun 2022 14:17 WIB
Jakarta -

Tidak sedikit perusahaan rintisan alias startup melakukan PHK massal karyawan. Kondisi ini seolah memberikan sinyal untuk startup lainnya untuk berhati-hati dalam mengelola keuangan mereka. Apalagi startup yang muncul sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat di kala pandemi, misalnya startup di bidang pendidikan.

"Pendidikan booming saat pandemi dapat user berlimpah, ada juga edutech yang bergabung dengan pemerintah diprogram kartu pra kerja juga mendapat kenaikan user karena ikut program pemerintah. Tapi ada juga yang sebenarnya enggak punya nilai tambah," ujar Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bima Yudhistira dalam acara d'Mentor detikcom, Kamis (2/6/2022).

Bhima mengatakan, perusahaan rintisan di bidang pendidikan yang mengawali bisnis di online, banyak yang kehilangan customer atau pelanggan lantaran masa pandemi yang perlahan berganti menjadi endemi. Artinya, pendidikan offline pun mulai digerakkan kembali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena kalau offline bisa main sama teman dan enggak bosen saat belajar online, jadi ada perubahan perilaku yang membuat edutech akhirnya ketika pandemi turun dia kehilangan user," ujarnya.

Sementara itu, pemerhati startup sekaligus Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia periode 2018-2020 Ignatius Untung mengatakan bahwa nasib startup pendidikan ibarat telur di ujung tanduk.

ADVERTISEMENT

"Challenge terbesar dari perusahaan pendidikan adalah secara nature sebagian besar orang malas belajar. Sebenarnya kalau ngomongin pendidikan kalau peluang selalu ada karena orang masih butuh nilai, suka enggak suka bukan sekedar butuh ilmu," kata Untung.

Untung mengatakan bisnis pendidikan sekarang tidak lagi seperti di jaman dahulu, di mana para orang tua hanya melihat dari prestasi sekolah atau lembaga pendidikan. Sekarang sudah banyak inovasi yang muncul dari perusahaan di sektor pendidikan.

"Karena sekarang orang mulai logika, kalau dulu orang pakai shortcut. Ini reputasi bagus udah pasti bagus, sekarang enggak, banyak sekolah yang punya histori panjang itu mulai kehilangan murid dan diambili sama yang bisa jelaskan secara logika," paparnya.

Karena itu Untung katakan untuk sebuah startup yang bergerak dibidang pendidikan untuk bisa bertahan, harus bisa mengubah perspektif atau pola pikir malas belajar.

"Enggak bisa lagi kita cuma jual materi, cuma jual cara belajar, tetapi yang harus dijual itu contohnya ada satu sekolah yang sangat menarik, ini bukan startup bukan edutech, tapi kepala sekolah bilang kalau anak bapak malas sekolah bukan salah bapak, salah saya artinya saya belum bisa memberikan cara belajar dan lingkungan belajar yang membuat dia bersemangat untuk belajar, kuncinya di sana kalau edutech punya mindset kayak apapun lewat," pungkasnya.

Saksikan juga video lengkap d'Mentor: Lorong Gelap Bisnis Startup

[Gambas:Video 20detik]



(edo/vys)

Hide Ads