Kalau AS Resesi, Apa Dampaknya ke RI?

Kalau AS Resesi, Apa Dampaknya ke RI?

Aulia Damayanti, Ilyas Fadhillah - detikFinance
Rabu, 08 Jun 2022 15:55 WIB
The U.S. Capitol is seen between flags placed on the National Mall ahead of the inauguration of President-elect Joe Biden and Vice President-elect Kamala Harris, Monday, Jan. 18, 2021, in Washington.
Foto: AP/Alex Brandon
Jakarta -

The Fed memprediksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada kuartal II-2022 akan menurun. Jika itu terjadi, AS terancam resesi karena pada kuartal I pertumbuhan ekonomi negara itu telah terkoreksi.

Ramalan itu berdasarkan pelacakan GDPNow Fed Atlanta, yang menunjukan pertumbuhan ekonomi AS kuartal II hanya 0,9%. Sementara pada kuartal sebelumnya ekonomi AS hanya tumbuh 1,5%.

Menanggapi hal itu, Executive Director Lembaga Riset Independen dan Otonom INDEF, Tauhid Ahmad mengatakan, jika AS mengalami resesi tentu akan berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia menyebut, ekonomi Indonesia juga akan menurun tetapi sedikit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tentu akan turun tetapi sedikit ya, pengaruhnya saya kira relatif sedikit nggak langsung besar," ujarnya kepada detikcom, Rabu (8/6/2022).

Tauhid mengatakan penurunan pada ekonomi Indonesia lebih kepada sektor perdagangan. Menurutnya, potensi pasar Indonesia di Amerika Serikat akan menurun terutama pada produk yang rutin diekspor ke AS.

ADVERTISEMENT

"Kalau resesi kan mereka akan mengurangi atau mengerem belanja konsumsi masyarakat, resesi secara umum adanya penurunan pendapatan masyarakat yang biasanya konsumsi kemudian direm," ujarnya.

"Ini berimplikasi pada pasar kita dalam beberapa produk yang dibutuhkan mereka, apakah itu sepatu, alas kaki, dan beberapa produk lainnya," lanjutnya.

Kedua, berpengaruh pada tingkat investasi. Meskipun investasi AS di Indonesia tidak sebesar dari Singapura hingga China, ekonomi tetap menurun jika Negeri Paman Sam resesi.

"Sedikit banyak (investasi) investor akan goyang, karena melihat kondisi domestiknya (AS) tidak menunjang, itu akan menahan laju investasi ke negara luar. Investor AS biasanya akn melihat, kalau ekonominya belum pulih, mereka ekspansinya tidak akan jor-joran. Tetapi tidak langsung menurun, ekspansinya saja tertahan," ungkapnya.

Lanjutkan membaca ke halaman berikutnya

Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform Economic (CORE) Piter Abdullah, apa yang menimpa AS tidak berdampak langsung ke Indonesia. Namun, Indonesia akan terpengaruh atas apa yang menyebabkan AS seperti sekarang.

"Bukan Amerika berdampak ke kita, apa yang menyebabkan kondisi Amerika itu yang bakal berdampak juga ke kita," kata Pieter.

Piter mengatakan Indonesia bisa menghadapi kondisi yang sama, namun masih terselamatkan subsidi. Apa yang dialami AS dan mayoritas negara lainnya dapat terjadi di Indonesia, meski dengan skala yang berbeda.

Ia menyebut naiknya harga komoditas dunia disebutnya sebagai fenomena global yang terjadi ke masing-masing negara. Hal ini disebabkan oleh pandemi COVID-19, lalu diperburuk dengan perang Ukraina.



Simak Video "Video Menkeu Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,7-5%"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads