The Fed memprediksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada kuartal II-2022 akan menurun. Jika itu terjadi, AS terancam resesi karena pada kuartal I pertumbuhan ekonomi negara itu telah terkoreksi.
Ramalan itu berdasarkan pelacakan GDPNow Fed Atlanta, yang menunjukan pertumbuhan ekonomi AS kuartal II hanya 0,9%. Sementara pada kuartal sebelumnya ekonomi AS hanya tumbuh 1,5%.
Menanggapi hal itu, Executive Director Lembaga Riset Independen dan Otonom INDEF, Tauhid Ahmad mengatakan, jika AS mengalami resesi tentu akan berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia menyebut, ekonomi Indonesia juga akan menurun tetapi sedikit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu akan turun tetapi sedikit ya, pengaruhnya saya kira relatif sedikit nggak langsung besar," ujarnya kepada detikcom, Rabu (8/6/2022).
Tauhid mengatakan penurunan pada ekonomi Indonesia lebih kepada sektor perdagangan. Menurutnya, potensi pasar Indonesia di Amerika Serikat akan menurun terutama pada produk yang rutin diekspor ke AS.
"Kalau resesi kan mereka akan mengurangi atau mengerem belanja konsumsi masyarakat, resesi secara umum adanya penurunan pendapatan masyarakat yang biasanya konsumsi kemudian direm," ujarnya.
"Ini berimplikasi pada pasar kita dalam beberapa produk yang dibutuhkan mereka, apakah itu sepatu, alas kaki, dan beberapa produk lainnya," lanjutnya.
Kedua, berpengaruh pada tingkat investasi. Meskipun investasi AS di Indonesia tidak sebesar dari Singapura hingga China, ekonomi tetap menurun jika Negeri Paman Sam resesi.
"Sedikit banyak (investasi) investor akan goyang, karena melihat kondisi domestiknya (AS) tidak menunjang, itu akan menahan laju investasi ke negara luar. Investor AS biasanya akn melihat, kalau ekonominya belum pulih, mereka ekspansinya tidak akan jor-joran. Tetapi tidak langsung menurun, ekspansinya saja tertahan," ungkapnya.
Lanjutkan membaca ke halaman berikutnya
Simak Video "Video Menkeu Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,7-5%"
[Gambas:Video 20detik]