Sri Mulyani Ungkap Ancaman Inflasi Bayangi Banyak Negara Kala COVID-19 Mereda

Sri Mulyani Ungkap Ancaman Inflasi Bayangi Banyak Negara Kala COVID-19 Mereda

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 08 Jun 2022 19:00 WIB
Menkeu Sri Mulyani dan Menteri BUMN Erick Thohir bicara soal keberadaan Harley Davidson dan Brompton di pesawat Garuda. Menteri BUMN ungkap pemilik Harley itu.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Ekonomi global masih dibayangi sejumlah risiko. Usai pandemi COVID-19 reda, ekonomi global kini dibayangi oleh risiko kenaikan inflasi.

Ancaman inflasi diperkirakan terus menjadi topik yang hangat. Bahkan, masalah ini diprediksi dibahas dalam pertemuan G20.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, dalam pertemuan Islamic Development Bank (IsDB) belum lama ini dibahas risiko global. Termasuk, ancaman dari sisi kenaikan inflasi yang dipicu harga energi dan pangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita membahas mengenai munculnya risiko terutama dari sisi kenaikan inflasi karena harga-harga energi dan pangan yang akan menyebabkan pengetatan dari moneter," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (8/6/2022).

Lanjutnya, diskusi juga menyangkut seberapa cepat dan ketat kebijakan moneter dalam menangani inflasi. Menurutnya, masalah ini akan terus menjadi pembahasan terkait kebijakan makro di forum ekonomi dan keuangan.

ADVERTISEMENT

"Ini yang terus menjadi bahan pembahasan pada level macro policy di semua forum, kalau kita bicara mengenai forum ekonomi dan keuangan," katanya.

"Termasuk kita prediksi di dalam pertemuan G20 juga ini akan muncul. Di dalam konteks ini kita akan lihat dampaknya kepada pembahasan kita adalah kalau seandainya pengetatannya cepat dan tinggi, ketat maka dampak pelemahan ekonomi global akan terlihat," jelasnya.

Inflasi Turki melonjak. Cek halaman berikutnya.

Inflasi Turki Meroket

Salah satu yang mengalami lonjakan inflasi adalah Turki. Inflasi Turki tercatat hampir 70% atau persisnya 69,97% pada April. Ini merupakan yang tertinggi dalam dua dekade terakhir.

Meroketnya inflasi di Turki didorong konflik Rusia-Ukraina yang membuat kenaikan harga energi dan komoditas setelah jatuhnya lira tahun lalu. Mengutip CNN, Institut Statistik Turki mencatat inflasi bulanan 7,25%. Secara tahunan, inflasi Turki diperkirakan 68%.

Pemicu lonjakan harga konsumen adalah naiknya harga di sektor transportasi sebesar 105,9% secara tahunan, termasuk harga energi. Selain itu, harga makanan dan minuman non-alkohol naik 89,1%.

Sementara, secara bulanan harga makanan dan minuman non-alkohol menjadi komponen penyumbang inflasi tertinggi sebesar 13,38% dan harga rumah naik 7,43%.


Hide Ads