Ngeri! Perang Rusia vs Ukraina Ancam Krisis Pangan Global Bertahun-tahun

Ngeri! Perang Rusia vs Ukraina Ancam Krisis Pangan Global Bertahun-tahun

Aldiansyah Nurrahman - detikFinance
Kamis, 09 Jun 2022 08:41 WIB
Invasi Rusia ke Ukraina membuat harga makanan dan energi melonjak. Sejumlah negara di Timur Tengah yang rentan ekonomi dan konflik semakin di ujung tanduk, Selasa, 29/3/2022.
Perang Rusia-Ukraina Mengancam Pasokan Pangan di Timur Tengah/Foto: AP Photo
Jakarta -

Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) memprediksi krisis pangan yang dipicu oleh perang antara Rusia dan Ukraina dapat berlangsung selama bertahun-tahun tanpa intervensi. Negara-negara di Afrika bisa sangat terpukul karena kekurangan gandum dan pupuk.

Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala mengatakan jutaan ton biji-bijian disimpan di gudang dan pelabuhan Ukraina tapi tidak dapat diekspor karena perang. Harga gandum pun melonjak.

Ukraina merupakan pengekspor gandum global utama, menyumbang 9% dari pasar global. Selain itu, Ukraina juga menyumbang 42% besar dari pasar minyak bunga matahari global, dan 16% jagung dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemacetan terjadi akibat blokade Rusia di pelabuhan Laut Hitam dan di sepanjang pantai Ukraina. Sebanyak 20-25 juta ton gandum tertahan di Ukraina, sementara harga biji-bijian global melonjak.

Okonjo-Iweala mengatakan harga gandum telah naik 59% dibandingkan tahun lalu, minyak bunga matahari naik 30%, sementara jagung naik 23%.

ADVERTISEMENT

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memimpin upaya untuk mencoba membangun koridor gandum dengan pengawalan angkatan laut Turki untuk kapal tanker yang meninggalkan Odessa dan pelabuhan Ukraina lainnya.

"Kami menyatakan setiap hari bahwa kami siap untuk menjamin keselamatan kapal yang meninggalkan pelabuhan Ukraina dan menuju (perairan Turki), kami siap untuk melakukan itu bekerja sama dengan rekan-rekan Turki kami," katanya mengutip BBC, Kamis (9/6/2022).

Sementara itu, Ukraina mengatakan perlu jaminan keamanan yang efektif sebelum dapat memulai pengiriman. Pasalnya, Rusia dapat menyerang Odessa dari laut.

Blokade yang dilakukan Rusia di pelabuhan mengurangi aliran ekspor menjadi sedikit. Beberapa negara di Timur Tengah dan Afrika khususnya akan merasakan kelangkaan.

Libya dan Eritrea mendapatkan lebih dari 40% gandum dari Ukraina, dan Lebanon lebih dari 60%. Tapi dampaknya bersifat global, harga gandum naik sepertiga sejak Rusia menyerbu Ukraina.

Tidak ada cara cepat untuk memperbaiki kondisi ini. Bahkan dengan kesepakatan yang terjalin dan kemampuan untuk mengamankan kapal, ranjau harus dipindahkan dari area tersebut untuk memastikan perjalanan yang aman, hal ini memerlukan proses panjang dan melelahkan.

Sudah ada peringatan krisis pangan. Cek halaman berikutnya.

Simak Video 'Imbas Perang Rusia-Ukraina, Mesir Terancam Krisis Pangan':

[Gambas:Video 20detik]



Sudah ada peringatan bahwa puluhan juta orang terancam kelaparan, dan kerusuhan sosial akan meletus di beberapa bagian dunia. Hanya dua juta ton gandum telah diekspor dari Ukraina melalui kereta api dan truk.

Okonjo-Iweala mengatakan sangat penting untuk melihat apakah bisa mendapatkan jawaban untuk masalah krisis ini.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah membentuk satuan tugas untuk menangani masalah ini. Hal yang dilakukan adalah mencoba mencapai kesepakatan dengan Rusia.

Okonjo-Iweala mengatakan jika kesepakatan tidak dapat dibuat, akan menjadi situasi yang mengerikan di seluruh dunia. Dia mengatakan 35 negara di Afrika mengimpor pangan dari kawasan Laut Hitam, sedangkan 22 negara mengimpor pupuk.

"Saya harap kita tidak mengalami krisis pangan yang sangat parah selama beberapa tahun ke depan," kata Okonjo-Iweala.

Dia mengatakan biji-bijian tidak dapat diekspor saat ini, dan ada panen pada Juli nanti. Maka akan ada biji-bijian yang terbuang.

Dia menambahkan bahwa kemacetan rantai pasokan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 dan kekurangan tenaga kerja memperburuk masalah ini. Okonjo-Iweala meminta para pemimpin di dunia untuk melonggarkan pembatasan ekspor bahan makanan, yang dapat memperburuk lonjakan harga pangan.


Hide Ads