Para keluarga terkaya di dunia lebih memilih menginvestasikan uangnya ke private equity atau ekuitas swasta daripada ke aset tradisional seperti saham dan fixed income (pendapatan tetap). Produk tersebut dipandang lebih menjanjikan demi mendorong pendapatan lebih.
Menurut sebuah laporan dari Bank Swiss UBS, ekuitas swasta berhasil memberikan pengembalian investasi yang luar biasa pada tahun 2021 lalu saat pandemi melanda, hingga dua kali lipat dari tahun sebelumnya, dilansir Reuters, Kamis (09/06/2022).
Hal tersebut menyebabkan investasi ke ekuitas swasta oleh keluarga-keluarga terkaya di dunia itu meningkat secara konsisten antara 2019 dan 2021, menurut survei UBS dari 221 family office yang mengawasi aset senilai US$ 493 miliar atau setara Rp 7.713 triliun (kurs Rp 14.550,50).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data menunjukkan bahwa alokasi langsung, sebagai persentase dari total investasi mereka, naik menjadi 13% pada tahun 2021 dari 10% pada tahun sebelumnya, sementara alokasi tidak langsung naik 7% menjadi 8%.
Sebaliknya, fixed income menghadapi tahun yang sulit. Orang menjadi lebih tertarik dengan penawaran suku bunga mendekati nol sebagai tempat berlindung yang aman selama pergolakan di pasar ekuitas.
Investasi fixed income pun turun dua poin pada tahun 2021 menjadi 11% dari tahun sebelumnya sementara investasi ekuitas stabil di sekitar 24%. Bahkan, investasi real estate turun menjadi 12% dari 13% pada tahun 2020.
Menurut hasil survei yang dilakukan UBS, sekitar 63% family office mengatakan mereka tidak lagi merasa fixed income berkualitas tinggi membantu mendiversifikasi risiko portofolio mereka secara keseluruhan. Mayoritas juga mengandalkan strategi manajer investasi aktif daripada mengambil rute pasif.
Tak hanya itu, sekitar 81% family office yang disurvei itu telah menginvestasikan hampir 3% ke dalam cryptocurrency, terutama untuk mempelajari teknologinya dan menghasilkan pengembalian investasi yang lebih baik.
Sebagai tambahan informasi, manajemen kekayaan UBS mengelola aset lebih dari US$3 triliun, yang diakui milik lebih dari setengah miliarder dunia. Laporan tersebut pun ditonton oleh para komunitas investasi yang menyoroti kebiasaan berinvestasi para investor miliarder ini.
(zlf/zlf)