6. Afghanistan
Afghanistan memiliki GNI sebesar US$ 500 per kapita. 99% dari populasi Afghanistan adalah muslim. Menurut laporan Bank Dunia, lebih sepertiga rakyat Afghanistan tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari mereka.
7. Republik Afrika Tengah
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai salah satu negara paling tidak berkembang di dunia, ekonomi Republik Afrika Tengah memang lemah. GNI negara ini tercatat sebesar US$ 510 per kapita. Sebagian besar warganya terlibat dalam bidang pertanian. Tanaman yang biasa ditanam antara lain kacang tanah, millet, jagung, singkong, wijen, dan sorgum. Sebagian besar yang diekspor ke tempat lain adalah kapas, kopi, dan tembakau. Industri kayu dan berlian menyumbang sebagian besar keuntungan negara, tetapi pendapatan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kelayakan hidup mayoritas warganya.
8. Liberia
Seperti banyak negara miskin, tingkat kelahiran di Liberia hampir dua kali lipat rata-rata di seluruh dunia, yang mengarah ke tingkat pertumbuhan tahunan yang ekstrem. GNI Liberia adalah US$ 530 per kapita. Negara berpenduduk sekitar 5 juta ini juga sangat menderita akibat penurunan harga komoditas dan wabah Ebola besar yang melanda Afrika Barat pada tahun 2014 lalu.
9. Niger
Salah satu pendorong utama perekonomian negara ini, yakni ekstraksi sumber daya alam yang berharga seperti emas dan uranium, juga menderita akibat volatilitas dan harga komoditas yang rendah. GNI negara ini tercatat sebesar US$ 540 per kapita. Kerawanan pangan tinggi, dan juga tingkat penyakit dan kematian, dan bentrokan militer yang berulang dengan kelompok jihadis dan afiliasi Negara Islam (ISIS) Boko Haram telah membuat banyak ribuan orang mengungsi.
10. Republik Demokratik Kongo (DRC)
Kongo telah menderita akibat kepemimpinan diktator yang rakus, ketidakstabilan politik, dan kekerasan yang terus-menerus selama beberapa dekade. GNI negara ini sebesar US$ 550 per kapita. Perekonomian DRC sangat bergantung pada sektor perminyakan. Naiknya harga minyak selama tahun 1980-an, membawa masuknya pendapatan dan memungkinkan negara untuk berinvestasi dalam dirinya sendiri. Harga minyak telah turun secara substansial sejak itu, dan ekonomi tidak berkembang seperti dulu. Republik Kongo memfokuskan upaya untuk menjauh dari minyak bumi dan dalam beberapa tahun terakhir mereka mulai mengubah gas alam menjadi listrik.
Simak Video "Video DPR Harap Masih Ada Ruang Negosiasi dengan AS soal Tarif Impor 32%"
[Gambas:Video 20detik]
(zlf/zlf)