Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Mei 2022 komoditas utama ekspor Indonesia mengalami penurunan secara month to month (mtm).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengungkapkan penurunan terdalam terjadi pada ekspor minyak kelapa sawit yang turun 87,72% atau setara dengan US$ 2,03 miliar.
Memang di Indonesia sempat ada larangan ekspor CPO dan turunannya pada 28 April 2022 sampai dengan 23 Mei 2022.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebutkan untuk ekspor minyak kelapa sawit dari Indonesia menurut negara tujuan yang paling besar penurunannya adalah India minus 100% dari senilai US$ 376,6 juta menjadi nol.
"Kemudian Pakistan yang turun 90,17% dari US$ 222,8 juta menjadi US$ 21,9 juta," kata dia dalam konferensi pers, Rabu (15/6/2022).
Selanjutnya Amerika Serikat (AS) yang tercatat turun US$ 68,64% menjadi US$ 46,7 juta dari US$ 148,9 juta. Kemudian Malaysia tercatat turun 80,88% menjadi US$ 24,3 juta dari US$ 127,1 juta.
Setianto mengungkapkan menurut Provinsi Penghasil Utama periode April-Mei 2022 terjadi di Riau yang merosot hingga 91,57% menjadi US$ 84,4 juta dari sebelumnya US$ 1 miliar.
"Sumatera Utara turun 84,86% menjadi US$ 52,5% dari sebelumnya US$ 346,8 juta," jelas dia. Selanjutnya Kalimantan Timur turun 94,48% menjadi US$ 11,4 juta dari sebelumnya US$ 206,6 juta. Terakhir Sumatera Barat tercatat turun 92,83% menjadi US$ 19 juta dari sebelumnya US$ 265,1 juta.
Nilai ekspor total periode Januari-Mei 2021 dan 2022 tercatat US$ 114,97 miliar atau tumbuh 36,34%. Kemudian ekspor non migas tercatat US$ 108,74 atau tumbuh 36,36%.
Ekspor nonmigas menyumbang 94,58% dari total ekspor periode Januari-Mei 2022. Kemudian untuk Industri tercatat 72,83%, tambang 20,15%, migas 5,42% dan pertanian 1,6%.
(kil/das)