Harga cabai rawit melambung tinggi dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini berdampak pada industri kuliner, seperti Warteg hingga rumah makan Padang.
Salah satu dampak yang paling terasa adalah naiknya ongkos belanja kebutuhan dapur. Kini, mereka harus merogoh kocek lebih dalam saat berbelanja sayuran ke pasar.
"Sekarang belanja Rp 1 juta dapat dikit, nggak dapat apa-apa. Padahal dulu segitu cukup," curhat Rafi, pelayan warteg di kawasan Pasar Minggu kepada detikcom, Rabu (15/6/2022).
Dalam satu kali belanja, modal Rp 1 juta bisa memenuhi kebutuhan dapur warteg selama 5-7 hari. Kini, ia harus mengeluarkan modal lebih banyak.
Selain cabai, beberapa komoditas lainnya juga turut naik. Pria asal Tegal itu mengatakan kenaikannya hampir mencapai dua kali lipat. Rafi mencontohkan harga kol yang sebelumnya Rp 8 ribu kini bisa mencapai belasan ribu.
Di tengah harga sayuran yang mahal, Rafi mengaku tak berani menaikkan harga makanan. Menurutnya, itu akan membuat usahanya sepi pelanggan.
Solusi yang ia ambil adalah mengurangi jumlah porsi, misalnya sambal dan bumbu makanan. "Tapi kalo di sini kita nggak berani naikkin harga, soalnya nanti nggak ada yang beli," katanya.
Keresahan ini turut dirasakan oleh Aini, pemilik warung makan Padang di sekitar Ragunan. Sama halnya dengan Rafi, ia memilih untuk mengurangi porsi sambal ketimbang menaikkan harga.
"Oh nggak, kita nggak naikkin harga. Paling kalau biasanya sambalnya banyak, sekarang lebih sedikit. Dulu sempat naikkin harga pas Lebaran, waktu daging mahal, itu lumayan ngaruh ke penjualan," pungkasnya.
(dna/dna)