Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Amerika Serikat (AS) dan China akan mengalami perlambatan ekonomi. Dirinya pun khawatir Indonesia akan terkena imbasnya.
Ia mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan negara besar, termasuk AS dan China mengalami pelemahan ekonomi.
"Ini akan menyebabkan pelemahan ekonomi di negara besar seperti Amerika bahkan di China ini semua akan menyebabkan pelemahan ekonomi," jelasnya, dalam acara Pengarahan Kepada Penjabat Gubernur dan Penjabat Bupati/Penjabat Walikota di kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Kamis (16/6/2022).
Adapun faktor-faktor itu antara lain karena harga komoditas energi dan pangan terus naik akibat perang Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung dan sanksi pada Rusia yang masih intensif.
"Munculnya masalah geopolitical baru perang Rusia-Ukraina ini persaingan negara dengan Eropa yang terjadinya rambatan dalam bentuk pangan dan energi," jelasnya.
Kemudian diperparah dengan lockdown di China. Seperti diketahui China melakukan penguncian ketat sebagai upaya menuju Zero Covid.
Kondisi-kondisi ini membuat gejolak di pasar keuangan dunia. AS mengalami lonjakan inflasi hingga 8,6% year on year (yoy). The Fed pun sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5-1,75%. "Pengetatan likuiditas dan suku bunga naik sudah menunjukkan basis 75 poin," ujarnya.
Baik AS maupun China merupakan mitra dagang Indonesia. Maka apa yang terjadi bisa saja mempengaruhi Indonesia. "Ekspor yang selama ini mencapai surplus juga tidak boleh dianggap terus menerus terjadi," jelasnya.
Sri mulyani memperingatkan dunia dalam tantangan stagflasi. Hal itu berbahaya bagi perekonomian di mana pun.
Ia menambahkan masalah pandemi COVID-19 di dalam negeri masih bisa dikelola. Masyarakat bisa beraktivitas sehingga roda perekonomian Indonesia berjalan. Meski begitu masih ada mutasi yang bisa menjadi ancaman.
(das/das)