3. Harga Pakaian Tembus Jutaan Rupiah
Di area gerai pakaian, akan dipenuhi produk-produk pakaian etnik dan batik yang harganya memang lebih mahal jika dibandingkan jika kita berbelanja ke Tanah Abang atau Thamrin City.
Sebuah cardigan misalnya, dibanderol dengan harga Rp 900 ribu. Sementara pakaian yang terbuat dari tenun Nusa Tenggara Timur (NTT), dijual dengan kisaran harga Rp 900 ribuan hingga jutaan rupiah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara kemeja batik pria dijual ada yang dijual mulai harga Rp 750 ribuan. Kemeja batik yang dijual, bahkan bisa mencapai Rp 9 jutaan yang dibuat dengan bahan sutra.
4. Tetap Laku
Salah seorang pramuniaga yang bertugas di sana mengatakan, bahwa harga pakaian yang dijual memang terbilang lebih tinggi dibandingkan pusat perbelanjaan pada umumnya. Alasannya, katanya karena produk yang dijual autentik dan buatan tangan yang dibuat secara terbatas.
"Iya mungkin agak mahal ya karena kita ada kualitas juga. Kalau buat kalangan ke bawah ya bisa dibilang harga segitu berat," kata salah satu petugas yang enggan disebutkan namanya itu.
Namun, dia menampik jika produk yang dijual tidak laku. Ia mengungkapkan, bahwa setiap harinya, ada saja barang yang terjual.
"Setiap hari paling tidak ada satu atau dua produk yang laku," ujarnya.
Senada, pramuniaga lainnya bernama Binus mengatakan bahwa harga yang dipatok memang dilihat dari kualitas barangnya. Menurutnya, barang tersebut bisa dihargai tinggi karena bernilai seni.
"Buat orang yang ngerti seni mah, harga segini itu nggak masalah. Karena kan kita barangnya asli handmade. Misal, untuk wadah kacang kecil dari rotan asli Lombok dijual dengan harga Rp 110 ribu. Ya kalau orang kalau tau nilai seninya, dengan harga segitu oke lah. Kita kan ada harga dan kualitas," ucap Binus.
Binus menambahkan, bagi sebagian masyarakat harga kerajinan yang dibanderol di Sarinah memang cukup mahal. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk turis atau wisatawan asing.
"Biasanya kalau weekend ada lumayan banyak bule ke sini. Mereka beli juga. Tapi, kalau mereka nggak lihat harga. Misal, kalau menurut mereka unik dan asli Indonesia ya mereka beli," ujarnya.
(eds/eds)