Keras! Putin Sindir AS, Sampai Bawa-bawa Utusan Tuhan

Keras! Putin Sindir AS, Sampai Bawa-bawa Utusan Tuhan

Ilyas Fadilah - detikFinance
Sabtu, 18 Jun 2022 22:00 WIB
Bagaimana krisis politik yang dipicu oleh ujaran terhadap Nabi Muhammad di India menyeret nama Presiden Putin
Putin/Foto: BBC World
Jakarta -

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Amerika Serikat (AS) bertindak seolah-olah mereka adalah utusan tuhan di bumi. Hal itu disampaikannya dalam sebuah pidato di Forum Ekonomi Internasional di St Petersburg.

"Setelah mengklaim kemenangan dalam Perang Dingin, AS menyatakan dirinya utusan Tuhan di bumi, tidak memiliki kewajiban, tetapi hanya kepentingan, dan kepentingan ini suci," kata Putin, dikutip dari TASS, Sabtu (18/6/2022).

Putin tegas mengatakan, tidak ada satu pun negara di dunia yang berlaku seperti AS. Menurutnya, negeri Paman Sam itu memperlakukan negara lain seperti koloni.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara dikutip dari Sky News, Putin menolak upaya barat yang ingin menghancurkan Rusia, yang disebutnya sebagai sanksi "bodoh" meniru "blitzkrieg" dari sisi ekonomi.

Istilah tersebut berasal dari perang dunia kedua, blitzkrieg, yaitu serangan militer cepat dan intens untuk mengejutkan musuh sebagai kunci kesuksesan Jerman saat itu.

ADVERTISEMENT

Menurut Putin upaya menekan ekonomi Rusia lewat sejumlah sanksi itu belum bisa berhasil. Di tengah kecaman panjang dari AS dan sekutunya, pemimpin Rusia itu mengatakan Barat memilih negara yang salah untuk diisolasi. Pada kesempatan yang sama Putin menyatakan akan melanjutkan operasi militernya di Ukraina. Ucapan itu disambut gemuruh tepuk tangan di dalam aula.

Pemimpin Rusia ini menyebut invasi ke Ukraina adalah upaya untuk membela rakyatnya di wilayah Donbas, yang sebagian besar berbahasa Rusia di timur Ukraina. Namun, barat menganggap hal tersebut sebagai dalih tak berdasar untuk memulai perang.

Pidato Putin dilaksanakan beberapa jam setelah Uni Eropa (UE) mengusulkan Ukraina menjadi anggotanya. Putin menuduh UE telah kehilangan kedaulatan politiknya dan berpotensi rugi lebih dari US$ 400 miliar akibat sanksinya kepada Rusia.

(fdl/fdl)

Hide Ads