Jakarta -
Harga pangan dalam negeri beberapa bulan terakhir mengalami fluktuasi harga. Meski begitu, daging sapi dan kambing merupakan salah satu komoditas pangan yang mengalami kestabilan harga, yakni stabil di harga mahal.
Di sisi lain, harga komoditas pangan lainnya seperti sayur mayur yang terus melonjak hingga kabar terjangkitnya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak berkaki empat menyebabkan daging kian sepi pembeli. Hal ini menyebabkan pergulatan batin di kalangan pedagang selama beberapa bulan terakhir.
Seperti halnya yang dialami Sakar, satu-satunya penjual daging sapi di Pasar Lokbin Muria Dalam. Karena fenomena kenaikan harga pangan dan wabah PMK ini, pemasukannya turun sekitar 70%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukan sepi lagi, pedagang menjerit ini," ujar Sakar kepada detikcom, Rabu (22/06/2022).
Sakar mengaku, jika normalnya ia bisa mendapatkan pemasukan Rp 3-4 juta per hari, kini dirinya bahkan hanya bisa mencapi Rp 800 ribu. Dia menambahkan, penurunan jumlah pembeli ini telah terjadi sejak harga pangan melambung tinggi, pun semakin diperparah dengan wabah PMK ini.
"Ini saja dijual Rp 140 ribu, masih juga tidak laku. Di pasar lain bisa sampai Rp 150-160 ribu per kg," ujar Sakar.
"Kalau bisa nangis mah, saya udah nangis ini," imbuh salah satu pedagang daging kambing di pasar tersebut.
Dia mengatakan, sebenarnya wabah PMK ini tidak menular ke manusia. Meski begitu tetap saja para pelanggannya jadi was-was dalam membeli daging ternak.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Simak juga Video: Ada Wabah PMK, Harga Daging Sapi di Tasikmalaya Turun
[Gambas:Video 20detik]
Pemandangan yang sama juga terlihat di Pasar Tebet Timur. Menurut pantauan dari detikcom, gerai-gerai daging penuh oleh daging sapi yang belum tersentuh oleh pembeli, berbanding terbalik dengan kondisi lorongnya yang kosong tanpa pengunjung.
"Di sini harganya Rp 150 ribu per kg. Semenjak PMK ngaruh juga. Tapi memang pasar ini sudah sepi dari semenjak habis lebaran, jadi dengan PMK makin sepi saja," ujar Acup, penjual daging sapi di pasar tersebut.
Acup mengatakan, harga daging di gerainya sempat turun Rp 5 ribu karena PMK. Meski begitu, menurutnya dibanding PMK, kenaikan harga pangan lainnya seperti cabai dan sayur mayur lah penyebab utama sepinya pengunjung di area daging.
"Kalau dari segi turun pendapatan ya ada lah setengahnya. Bisa dilihat seperti sekarang ini ngga ada yang beli. Gerai-gerai depan situ juga lagi pada libur, bisa jadi juga karena sepi pengunjung," tambahnya.
Munir, pedagang daging sapi lainnya di pasar tersebut mengatakan para pelanggannya justru lebih banyak mengeluhkan kenaikan harga sayur dan bumbu dapur dibandingkan dengan PMK.
"Mereka ngeluhnya di sayuran. Untuk PMK sebetulnya tidak terlalu ngaruh, ya meski ada juga sih yang tanya soal itu karena agak was-was. Tapi menurut saya memang seringnya sehabis lebaran peminat daging itu turun. Ya apalagi ditiban penyakit ini (PMK), udah sepi jadi makin-makin," ujar Munir.
Munir menambahkan, pun harga daging sapi masih stabil di tinggi sejak lebaran kemarin, bahkan sudah mengalami penurunan. Meski begitu, tetap saja harga tinggi ini memang sudah dipatok dari para distributornya sehingga sulit untuk menurunkan harga.