Larangan ekspor sawit hingga penerapan DMO dipandang jadi bagian tak terpisahkan yang memicu penerapan penurunan harga sawit di tingkat petani. Hambatan ekospor sawit tersebut disebut memicu melonjaknya pasokan CPO di dalam negeri yang membuat tangki-tangki penyimpanan penuh.
Benar saja, berdasarkan data dari Kepala Dinas Perkebunan Sumut Lies Handayani Siregar kemampuan pabrik menyerap sawit petani menurun karena tangki penyimpanan merke apnuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harga CPO saat ini turun terus dan kita dapat informasi jika tangki-tangki itu penuh jadi belum bisa mengelola sawit-sawit ini," ungkap Lies, Jumat (24/6/2022) lalu.
Dia menjelaskan, tangki-tangki pabrik yang penuh itu sebagai dampak penghentian ekspor beberapa waktu lalu. Akibatnya, pabrik tak sanggup menampung pasokan TBS yang masuk. Produksi juga terbatas.
Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Sumatera Utara, tercatat pada periode 22 hingga 28 Juni, harga CPO lokal dan ekspor seharga Rp 8.954 per kg, menurun dibanding pekan sebelumnya seharga Rp 11.439.
Sementara itu harga TBS sawit untuk usia 10 tahun pada pekan ini, Disbun menetapkan seharga Rp 2.556 per kg, menurun dibanding pekan sebelumnya seharga Rp 2.675 per kg.
Terkait hal ini, Lies menyebutkan jika saat ini Disbun Sumut terus melakukan pemantauan harga dan berkoordinasi dengan para pengusaha kelapa sawit.
"Saat ini kami masih dalam tahap monitoring ke para pengusaha untuk melihat harga dan tren yang terjadi dan kita dapat bahwa saat ini tangki-tangki masih penuh dan juga harga CPO yang lagi turun," ujarnya.
(dna/dna)