PMK Nggak Bikin Minat Kurban Surut, Sayang Pasokan Hewannya Seret

PMK Nggak Bikin Minat Kurban Surut, Sayang Pasokan Hewannya Seret

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Senin, 04 Jul 2022 06:30 WIB
Wabah Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) membuat penjualan hewan kurban di Sukabumi menurun. Untuk menarik pembeli, para pedagang pun menurunkan harga sapi.
Hewan Kurban/Foto: Siti Fatimah
Jakarta -

Kondisi wabah PMK dan perekonomian negeri yang sedang tidak stabil tak menyurutkan minat warga DKI untuk melaksanakan ibadah kurban. Di sisi lain, ketersediaan sapi di sentra-sentra hewan kurban terpantau seret hingga menyebabkan kenaikan harga.

Seperti yang terjadi pada Koperasi Wiradega yang terletak di sebuah lapangan di kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan. Rudi, pengelola tempat tersebut mengatakan PMK menyebabkan pengiriman sapi ke luar daerah dilarang sehingga stok sapi di koperasinya terbatas.

"Dulu mainnya saya gitu, stok dijual miring yang penting dapat cash buat belanja lagi. Kalo sekarang nggak bisa gitu. Karena sapi yang dari luar nggak bisa masuk. Sapi di kita lagi langka ini. Mungkin langka karena perizinan juga. Kalo ada jalan untuk izin tapi panjang, saya juga akan tetap coba," ujar Rudi kepada detikcom, Minggu (03/07/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rudi mengatakan, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kenaikan harga jual mencapai 30%. Pun dengan ketersediaan yang terbatas ini, para pesaingnya menjadi berkurang. Permintaan di pasaran meningkat sedangkan ketersediaan sapinya tidak terlalu banyak.

"Kalau daya minat masih tidak terpengaruh isu tadi (PMK), justru meningkat. Tahun lalu itu rendah karena covid, jadi interaksi kita untuk berdagang terbatas. Kalau memprediksi peningkatan pembelian di 2 minggu ini itu bisa sampai 20%, meskipun dengan harga yang naik 30% ini," ujar Rudi.

ADVERTISEMENT

Tidak hanya itu, kenaikan biaya operasional juga menjadi salah satu alasan harga sapi melambung tinggi di gerainya di mana pengiriman harus dilakukan melalui jalur laut.

"Pengiriman pun aksesnya itu harus melalui laut sekarang. Perjalanan laut itu menghabiskan Rp 3-4 juta, kita mau jual berapa? Belum resikonya. Kalo Bali sendiri udah tutup sekarang, apalagi Jawa Timur," ujarnya.

Di sisi lain, imbas kenaikan harga hewan kurban ini membuat daya beli masyarakat yang justru menurun dan mencoba beralih ke hewan dengan harga lebih terjangkau.

Untuk harga ternak sendiri, gerai Rudi mematok harga di kisaran Rp 18 s.d 95 jutaan. Harga ini bergantung dari jenis dan bobot sapi tersebut. Sedangkan untuk kambing, harganya berada di kisaran Rp 2 s.d 6 juta.

Keadaan sedikit berbeda dirasakan oleh Udin, pengelola gerai sapi yang berada di kawasan yang sama dengan gerai Rudi. Wabah PMK ini menyebabkan pengiriman sapi dari Bima ke gerainya menjadi terhambat.

"Sempat tersendat karena tidak bisa lewati Jawa. Kita naik kapal tongkang keluarnya di Pelabuhan Sunda Kelapa. Sampai 7 hari di jalan, biasanya 4-5 hari saja," tuturnya

Sedikit berbeda dengan kondisi Rudi, Udin tidak mengalami masalah menyangkut pasokan sapinya termasuk perihal pengiriman sapi.

Pun dibanding tahun 2021, stok sapi di gerainya mengalami peningkatan dari yang semula 90-an ekor, kini di 176-an ekor. Bahkan Udin menambahkan, harga sapi di gerainya tidak mengalami perubahan. Sapi di gerainya berkisar di harga Rp 16-50 juta.

"Saya ngerasa stabil-stabil aja pembelian. Nggak terlalu beda jauh. Tahun lalu stok saya malah kurang, cuman 90-an ekor, nggak sampai 100. Yang paling mahal itu jenis PO Bima, yang besar hitam itu kena di Rp 50 jutaan," ujar Udin.

Udin mengatakan, meski harga jualnya tetap, tarif operasional sedikit mengalami peningkatan. Ongkos kapal yang biasanya berkisar di Rp 1,1 juta, kini bisa menyentuh angka Rp 2 juta. Hal ini dikarenakan keterbatasan alat angkut sapi di pelabuhan.




(zlf/zlf)

Hide Ads