Dolar AS Makin Dekat ke Rp 15.000, Masih Aman Bu Sri Mulyani?

Dolar AS Makin Dekat ke Rp 15.000, Masih Aman Bu Sri Mulyani?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 05 Jul 2022 16:46 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Mata uang Dolar Amerika Serikat terus menguat nilai tukarnya. Posisinya hari ini semakin mendekati level Rp 15.000.

Melansir data RTI, Selasa (5/7/2022), hingga menjelang siang dolar AS berada di level Rp 14.951. Angka itu naik 0,19% atau bertambah 28 poin dari penutupan kemarin. Dolar AS hari ini sempat menyentuh level tertinggi di Rp 14.966. Sementara posisi terendahnya menyentuh posisi Rp 14.922.

Menteri Keuangan Sri Mulyani pun buka suara soal fenomena ini. Dia mengungkapkan kondisi ekonomi dunia memang dangat dinamis. Hal ini pun ikut berimbas pada sisi keuangan, mulai dari nilai tukar mata uang hingga inflasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, dia masih yakin di tengah kenaikan nilai tukar Dolar AS kondisi ekonomi Indonesia akan baik-baik saja. Hal itu terjadi karena dari sisi neraca pembayaran Indonesia masih mengalami surplus.

"Beberapa indikator ekonomi terutama dari sisi keuangan, nilai tukar, interest rate, dan inflasi dalam situasi dunia seperti sekarang memang masih akan sangat dinamis. Namun kita kan Indonesia dari sisi neraca pembayaran, transaksi berjalannya cukup baik," ungkap Sri Mulyani kepada wartawan ditemui di Gedung DPR Jakarta, Selasa (5/7/2022).

ADVERTISEMENT

Dia menyebutkan mata uang Dolar terus menguat imbas dari suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat yang naik. Hal ini membuat investor kembali menanam modalnya di negeri Paman Sam.

Termasuk salah satunya investor yang ada di Indonesia mulai 'cabut'. Hal tersebut membuat mata uang Dolar terus menguat.

"Capital flow barangkali yang terjadi, dengan interest rate naik di Amerika Serikat maka orang (investor) mencari tempat di mana mereka anggap interest rate-nya lebih tinggi," papar Sri Mulyani.

"Ini harus kita kelola dalam mengelola baik 2022 maupain 2023," ujarnya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu juga menegaskan di tengah kenaikan nilai tukar Dolar AS, kondisi ekonomi Indonesia masih akan aman. Menurutnya, kenaikan nilai tukar adalah hasil sentimen pasar yang cuma sementara.

Hal itu karena neraca perdagangan Indonesia yang masih sangat baik, terlihat dari kemampuan Indonesia menghasilkan cadangan devisa yang surplus.

"Itu kan (kenaikan nilai tukar Dolar) sebenarnya hasil dari pasar. Kalau lihat kebutuhan kita sama juga kemampuan kita menghasilkan devisa. Kalau kita lihat kemampuan kita menghasilkan devisa kan sangat baik," ujar Febrio.

Bukan hanya tahun ini menurut Febrio sejak tahun lalu Indonesia menghasilan surplus yang tinggi pada neraca dagangnya. Bahkan menurutnya sudah 25 bulan berturut-turut surplus terjadi.

"Tahun ini kita malah cenderungnya current account surplus, kita di situ mendapatkan cadangan devisa kita," kata Febrio.

Ditambah lagi menurut Febrio, investasi dari luar negeri alias foreign direct investment (FDI) juga meningkat. Hal ini membuat kondisi makro ekonomi relatif terjaga.

"Lalu kita juga lihat bagaimana FDI juga meningkat, jadi ini memang kita bersyukur bahwa di tahun yang susah 2020, 2021, bahkan 2022 ini kondisi malro kita relatif terjaga. Kita lihat bagaimana banyak negara itu mungkin tidak memiliki kondisi sestabil Indonesia," ujar Febrio.

"Kita memang punya modal, akan tetapi kita tetap akan hati-hati dan terus jaga stabilitas ini ke depan," ungkapnya.


Hide Ads