MENANGKAL KRISIS
Optimisme bahwa perekonomian Indonesia tetap akan tumbuh positif di atas bukanlah tanpa argumentasi yang kuat. Indonesia punya beberapa faktor yang bisa menjadi modal menangkal krisis sekaligus menjaga momentum pemulihan ekonomi.
Modal pertama adalah struktur ekonomi yang bersandar pada konsumsi domestik. Kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi nasional hampir mencapai 60%.
Sementara konsumsi seperti diuraikan di atas diproyeksikan akan terus tumbuh mendekati tingkat pertumbuhan normal yaitu sekitar 5%. Artinya, jika pertumbuhan konsumsi sudah kembali di level normal, 5%, tidak akan sulit untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5%.
Cukup dengan dorongan sedikit investasi dan ekspor maka pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 5%.
Modal kedua, kenaikan harga berbagai komoditas global, mulai dari batu bara, nickel, hingga CPO, mendorong peningkatan ekspor Indonesia. Sejak akhir tahun 2020, di tengah kenaikan harga komoditas, ekspor Indonesia terus tumbuh tinggi dan menyebabkan surplus neraca perdagangan yang besar. Surplus neraca perdagangan membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia walaupun kontribusi nya terbatas.
Modal ketiga, stabilitas sistem keuangan Indonesia relatif sangat terjaga. Meskipun diterpa badai pandemi selama dua tahun terakhir, sistem keuangan Indonesia cukup stabil dan bisa diandalkan mendukung proses pemulihan ekonomi nasional.
Stabilnya sistem keuangan Indonesia dicerminkan oleh beberapa indikator yaitu kualitas kredit atau pembiayaan (NPL dan NPF), permodalan, dan likuiditas. Kualitas kredit perbankan atau pembiayaan di lembaga pembiayaan meskipun sempat sedikit meningkat diawal masa pandemi, cukup terjaga di level yang relatif aman.
NPL dan NPF tidak pernah melewati batas psikologis 5%. Per Mei 2022 NPL (gross) perbankan berada di level 3,04%. Sementara NPF lembaga pembiayaan di level 2,8%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi permodalan, lembaga keuangan perbankan, lembaga pembiayaan dan asuransi masih memiliki kecukupan modal. CAR perbankan pada Mei 2022 terjaga di kisaran 24,74%. Jauh di atas batasan yang disyaratkan secara internasional yaitu sebesar 8%. Sementara gearing ratio industri pembiayaan sebesar 1,97x, jauh di bawah treshold (10x).
Demikian juga dengan permodalan lembaga asuransi. RBC industri asuransi jiwa dan asuransi umum mencapai 489,15 % dan 322,36%, aman di atas treshold masing-masing industri (120%)
Sistem keuangan Indonesia juga aman dari sisi likuiditas. Rasio alat likuid perbankan terhadap non core deposit per Mei 2022 adalah sebesar 137,4% (treshold 50%). Sementara rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga adalah sebesar 30,80% (treshold 10%).
Relatif stabilnya sistem keuangan Indonesia di tengah pandemi dan gejolak global tidak lepas dari kebijakan yang diambil oleh OJK sejak dini mengantisipasi semua risiko yang bisa terjadi.
Berbagai kebijakan yang diambil oleh OJK selama masa pandemi, mulai dari pelonggaran restrukturisasi kredit, stabilisasi pasar modal, hingga kebijakan mendorong demand (misal, pelonggaran ATMR) sangat efektif menjaga stabilitas sistem keuangan.
Tidak terbayangkan bagaimana gejolak yang akan terjadi di perbankan apabila OJK tidak sejak dini memberikan kelonggaran kepada bank untuk melakukan restrukturisasi kredit.
Lanjut ke halaman berikutnya
Simak Video "Di Depan Para Bupati, Jokowi Bandingkan Inflasi RI dengan Argentina-Turki"
[Gambas:Video 20detik]